Self Stigma pada Keluarga dengan Anggota Keluarga Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinangor
Main Author: | R, Nur Hardini |
---|---|
Format: | bachelorthesis doc-type Bachelors |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2017
|
Online Access: |
http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/35380 |
Daftar Isi:
- Self stigma dapat terjadi pada orang gangguan jiwa maupun keluarga orang gangguan jiwa. Self stigma berdampak pada penurunan harga diri keluarga dan terganggunya proses pemulihan anggota keluarga. Sebanyak 46 keluarga tercatat memiliki anggota keluarga gangguan jiwa namun hanya 9 keluarga yang masih aktif berobat dan mendapat rujukan langsung dari puskesmas jatinangor. Beberapa keluarga menarik diri dari lingkungan sosial dan pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi self stigma pada keluarga dengan anggota keluarga gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas jatinangor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penentuan sampel menggunakan consecutive sampling yaitu sebanyak 32 orang. Penelitian ini menggunakan instrumen The Family Experience Interview Schedule (FEIS) Scale – Section L (Stigma) dengan uji valid 0,71-0,84 dan nilai cronbach’s alpha 0,851. Instrumen ini memiliki range skor dari 0 – 15. Semakin tinggi skor maka semakin tinggi self stigma yang dialami. Hasil Penelitian menunjukkan skor yang didapatkan berada pada rentang 0-9 dari skor maksimal 15 dengan rata-rata 3,31 dan SD 2,402. Pernyataan yang dominan dirasakan oleh keluarga adalah tentang kekhawatiran keluarga orang lain mengetahui kondisi anggota keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka rata-rata keluarga merasakan 3 pernyataan dari total 15 pernyataan, sehingga diperlukan sebuah program psikoedukasi dari puskesmas Jatinangor untuk menurunkan kekhawatiran keluarga guna mencegah meningkatnya self stigma keluarga. Kata kunci : Gangguan Jiwa, Keluarga, Self stigma Kepustakaan : 56, 1984-2016