Pemberitaan Gagalnya Konser Lady Gaga di Indonesia pada Harian Kompas dan Republika
Main Author: | Rahmania, Wanda Endah |
---|---|
Format: | bachelorthesis doc-type Bachelors |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2014
|
Online Access: |
http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/31448 |
Daftar Isi:
- Wanda Endah Rahmania 210110080152, 2014. Skripsi ini berjudul, Pemberitaan Gagalnya Konser Lady Gaga di Indonesia pada Harian Kompas dan Republika. Pembimbing utama Dr. Dede Mulkan, M.Si dan pembimbing pendamping Dandi Supriadi, S.Sos, MA.Com, Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana Kompas dan Republika mendefinisikan, menentukan penyebab masalah, evaluasi moral, dan merekomendasikan saran penanggulangan mengenai kasus pro-kontra penolakan konser Lady Gaga di Indonesia. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti memutuskan menggunakan kajian pembingkaian media oleh Robert N. Entman. Objek penelitian difokuskan pada berita halaman utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kompas mendifinisikan masalah bahwa Polda enggan memberikan rekomendasi dan Republika mendefinisikan bahwa, terjadi penolakan secara garis keras oleh ormas terhadap rencana pelaksaan konser Lady Gaga. Sumber masalah yang diambil oleh keduanya sama yaitu ketidak sesuaian budaya yang dibawa oleh Lady Gaga dalam melakukan aksi panggung dengan budaya Indonesia. Keputusan moral yang diambil Kompas menekankan pada tindakan Polda yang enggan memberikan rekomendasi, sedangkan Republika menekankan bahwa tidak ada hal positif yg di dapat apabila konser berlangsung. Penyelesaian yang diambil kedua media tersebut juga berbeda, Kompas menekankan pada pengembalian uang tiket konser, sedangkan Republika menekankan pada bagaimana harusnya para ormas yang menolak bertindak. Simpulan dari penelitian ini adalah penonjolan aspek dan isu yang diangkat oleh dua media memperlihatkan alasan-alasan mengapa konser Lady Gaga ditolak dan berakhir gagal. Dimana isu yang diambil oleh kedua berita sama, tetapi memberikan penonjolan yang berbeda pada pemberitaannya. Peneliti menyarankan, Kompas dan Republika bisa lebih berimbang dalam memberitakan dan tidak membesar-besarkan masalah. Selain itu sebagai media yang berpegang pada elemen jurnalisme, Kompas dan Republika diharapkan bisa memberikan penyelesaian yang lebih menekankan pada kedua belah pihak, sehingga tidak ada lagi timbul konflik antara pro dan kontra.