Pengembangan Masyarakat Melalui Pendidikan Non Formal dan Ekonomi Kreatif (Studi kasus di Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok, Bandung)

Main Author: Alandiri, Ibnu Syakir
Format: bachelorthesis doc-type Bachelors
Bahasa: ind
Terbitan: , 2017
Online Access: http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/22299
Daftar Isi:
  • Penelitian ini tentang kegiatan pengembangan masyarakat yang digagas oleh sebuah perkumpulan bernama Komunitas Taboo di Kampung Dago Pojok, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Penelitian ini bermaksud mengamati proses dan hasil pengembangan masyarakat dan menganalisisnya melalui sudut pandang antropologis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain studi kasus yang bersifat deskriptif dan menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara, serta studi literatur dalam mengumpulkan data. Dari hasil temuan di lapangan diketahui bahwa pengembangan masyarakat yang digagas Komunitas Taboo di Kampung Dago Pojok melewati proses pengembangan masyarakat, yaitu pengembangan kapasitas yang dijalankan melalui lima elemen penting: pengembangan kapasitas pengetahuan masyarakat, kepemimpinan, membangun jaringan, menghargai komunitas dan mengajak komunitas untuk bersama-sama mencapai tujuan, dan dukungan informasi. Upaya pengembangan kapasitas tersebut berhasil meningkaptkan pengetahuan dan daya kritis masyarakat, di sisi lain juga memicu timbulnya kesadaran kolektif dan memperkuat modal sosial yang dimiliki. Proses pengembangan masyarakat telah membuahkan hasil, di antaranya tindakan kolektif dan perbaikan masyarakat dalam aspek fisik, pendidikan, sosial dan kebudayaan. Dari dua program hasil pengembangan masyarakat yang direncanakan, hanya “Kampung Wisata Kreatif” saja yang dimobilisasi dalam proses pembangunan ekonomi. Namun proses pembangunan ekonomi belum maksimal dijalankan. Hal itu karena dari grand design yang dibuat. Pembangunan ekonomi baru akan mulai fokus dilaksanakan dari akhir tahun 2016. Dalam studi kasus pengembangan masyarakat di Kampung Dago Pojok, terdapat faktor sosiokultural yang membantu melancarkan program dan ada pula yang menjadi penghambat jalannya program. Di antara faktor sosiokultural yang mendukung dalam penembangan masyarakat adalah nilai-nilai kebersamaan dan harmonisasi yang terwujud dalam Jargon: Silih asah, silih asih, silih asuh, faktor psikokultural: sikap percaya diri, toleran dan terbuka serta kreatif. Sementara faktor yang menjadi penghambat dalam proses pengembangan masyarakat diantaranya sikap mental atau daya psikokultural yang pada umumnya teralalu menilai tinggi konsep sama-rata sama-rasa. Akibat negatif dari sikap ini adalah apa yang disebut kecenderungan kepada konformisme, yaitu tak boleh menonjolkan diri sendiri. Jangan maju sendri, jangan beda sendiri. Padahal pembangunan membutuhkan manusia-manusia yang berani tampil di depan sebagai pionir.