Konflik Petani Dengan Perhutani (Studi kasus di Desa Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang)
Main Author: | P, Andria G |
---|---|
Format: | bachelorthesis doc-type Bachelors |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2013
|
Online Access: |
http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/22158 |
Daftar Isi:
- ABSTRAK Penelitian ini mengenai konflik agraria yang terjadi antara petani dengan Perhutani di Desa Genteng. Dalam penelitian ini dijelaskan sejarah konflik dan proses perkembangan konflik serta faktor-faktor penyebab konflik. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kehidupan masyarakat Desa Genteng dan bentuk-bentuk konflik yang ada di Desa Genteng. Metode penlitian ini adalah studi kasus yang menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan selama dua setengah bulan, yaitu mulai dari awal bulan Oktober sampai pada akhir bulan Desember. Lokasi penelitian terletak di Desa Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Bedasarkan temuan penelitian, konflik yang terjadi diakibatkan oleh perbedaan kepentingan lahan antara petani Desa Genteng dengan Perhutani. Petani yang menginginkan lahan Perhutani dikelola, khususnya pengelolaan secara intensif yang dilatarbelakangi oleh motif ekonomi. Berbeda dengan Perhutani, mereka ingin menjaga hutan agar tetap lestari demi generasi yang akan datang. Perhutani juga tidak ingin kerusakan hutan yang ada di Timur Manglayang semakin rusak parah karena bisa berdampak pada orang lain, seperti banjir atau erosi tanah. Dalam masyarakat petani Desa Genteng konflik sudah berlangsung sejak tahun 1982. Konfliknya ada yang berlangsung secara damai dan ada juga yang berujung pada kerusuhan. Kondisi petani di Desa Genteng kebanyakan tidak bertanah dan menggunakan alat pertanian yang sangat sederhana. Para petani yang ada di Desa Genteng menggarap lahan Perhutani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani berani menggarap lahan Perhutani tidak terlepas dari peran kelompok tani. Dalam kelompok tani sering dilakukan diskusi sehingga pengetahuan mereka bertambah khususnya dalam politik dan hukum. Petani malah menuntut kepada pemerintah agar landreform dijalankan. Sekarang telah dibentuk kelompok kecil untuk mencari solusi yang terbaik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah petani yang ada di Desa Genteng membutuhkan tanah untuk bertani karena mereka hanya punya kamampuan bertani untuk menyambung hidup. Perhutani juga tanggung jawab untuk menjaga hutan agar tetap lestari. Kedua kepentingan ini menjadikan sebuah konflik antara petani yang ada di Desa Genteng dengan Perhutani. Kata kunci : konflik, landreform, kelompok tani, faktor konflik, bentuk konflik, ekonomi petani.