Persentase Perlekatan Otot Rahang Bawah Tidak Bergigi Berdasarkan Klasifikasi Prosthodontic Diagnostic Index

Main Author: Giani, Prilanita
Format: bachelorthesis doc-type Bachelors
Bahasa: ind
Terbitan: , 2015
Online Access: http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/16729
Daftar Isi:
  • Proses resorpsi lingir sisa akan bertambah setelah gigi diekstraksi. Proses resorpsi menyebabkan puncak linger turun mendekati origo otot. Posisi perlekatan otot terhadap puncak lingir ini dapat melepaskan gigi tiruan. Setiap pasien memiliki pola resorpsi yang berbeda, sehingga mengklasifikasikan perlekatan otot lingir pasien sebelum perawatan prostodonsia perlu dilakukan agar pasien dapat dirawat secara tepat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sebanyak 35 pasien tidak bergigi di Instalasi Prostodonsia RSGM FKG Unpad yang diperoleh dengan teknik consecutive sampling diperiksa keadaan perlekatan otot rahang bawahnya. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur kedalaman vestibulum menggunakan kaca mulut berskala. Pasien yang kedalaman vestibulumnya di bawah 5 mm dikelompokkan ke dalam kolom kehilangan vestibulum. Berdasarkan Prosthodontic Diagnostic Index, pasien tidak bergigi diklasifikasikan ke dalam lima tipe yaitu A, B, C, D, dan E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi persentase perlekatan otot tipeA sebanyak 25,72%, tipe B sebanyak 8,57%, tipe C sebanyak 2,86%, tipe D sebanyak 34,28%, dantipe E sebanyak 28,57%. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa tipe perlekatan otot rahang bawah tidak bergigi berdasarkan klasifikasi PDI terbanyak di RSGM Unpad adalah tipe D dengan persentase sebesar 34,28%.