Tingkat Penerapan Teknologi serta Analisis Usaha Tani Jeruk pada Petani yang Mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

Main Author: Mustika, R. Ditha M.
Format: bachelorthesis doc-type Bachelors
Bahasa: ind
Terbitan: , 2014
Online Access: http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/16039
Daftar Isi:
  • (ABSTRAK) R. DITHA MAKHISA MUSTIKA. 2014. Tingkat Penerapan Teknologi serta Analisis Usaha Tani Jeruk Pada Petani yang Mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). TUHPAWANA P. SENDJADJA. Kebutuhan buah jeruk untuk pemenuhan konsumsi gizi masyarakat terus meningkat dari waktu ke waktu bahkan kini buah-buahan impor sudah menguasai pasar nasional Indonesia dan mudah ditemukan di setiap pasar tradisional serta pasar swalayan. Keadaan ini merupakan peluang yang potensial bagi pengembangan petani buah-buahan unggulan khususnya buah jeruk di Indonesia. Volume produksi buah jeruk domestik belum mampu mencukupi kebutuhan pasar, hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang cocok untuk tanaman jeruk, bibit kualitas unggul yang masih susah didapatkan, pengetahuan teknis para petani budidaya jeruk yang kurang dan adanya gangguan hama, penyakit dan gulma di lapangan. Fenomena ini yang menjadi faktor-faktor pembatas produksi buah jeruk di tanah air. Oleh karena itu perlu adanya usaha-usaha peningkatan produksi buah jeruk, yaitu diantaranya melalui pendidikan dan pelatihan SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu). Hasil penelitian yang dilakukan terhadap Kelompok Tani Agribinangkit, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan SLPHT, sebagian petani jeruk mengalami peningkatan hasil produksi jeruk, baik secara mutu atau kualitas maupun kuantitas produksi, dan sebagian petani jeruk mengalami kegagalan produksi baik dari segi kualitas maunpun kuantitas produksi. Hal ini disebabkan karena petani yang gagal tidak dapat menjalankan apa yang telah diajarkan dalam pelatihan SLPHT. Mereka terkendala oleh kurangnya modal usaha sehingga sulit untuk membeli peralatan yang dibutuhkan untuk budidaya jeruk dan faktor alam yang kurang mendukung (lahan berkontur) sehingga kesulitas dalam membentuk saluran air.