RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI WILAYAH JAWA BARAT MENGGUNAKAN METODE DOUBLE DIFFERENCE (DD)

Main Author: Rizqi, Mohd. Aidhil
Format: bachelorthesis doc-type Bachelors
Bahasa: ind
Terbitan: , 2020
Online Access: http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/14157
Daftar Isi:
  • Stuktur regional berupa lipatan dan patahan di wilayah Jawa Barat diakibatkan oleh pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia yang bersifat konvergen. Kedua lempeng tersebut mengalami pergerakan akibat arus konveksi dan saling bertumbukan sehingga membentuk zona subduksi di bagian Selatan Jawa Barat yang menyebabkan terbentuknya banyak struktur sesar di daratan Jawa Barat. Struktur sesar tersebut mengakibatkan beberapa kejadian gempabumi, sehingga diperlukan penentuan lokasi sumber gempabumi (hiposenter) secara akurat untuk dapat mengidentifikasi sumber gempa. Relokasi hiposenter dilakukan untuk menentukan posisi hiposenter sehingga menjadi lebih akurat serta dapat dimanfaatkan untuk menentukan kondisi seismisitas sesar di wilayah Jawa Barat berdasarkan persebaran episenter dan hasil cross section. Metode double difference (DD) diterapkan untuk merelokasi hiposenter menggunakan data waktu tiba gelombang-P dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hasil relokasi menunjukan peningkatan kualitas apabila dilihat dari residual waktu tempuh, dimana nilai residual waktu tempuh sesudah relokasi menunjukan banyak nilai yang mendekati nol. Hasil relokasi mengindikasikan adanya beberapa kelompok gempa yang terbentuk bergerak mendekati sumber utama gempabumi, sehingga dapat didefinisikan sebagai daerah dengan tingkat seismistias tinggi yang diduga diakibatkan oleh adanya aktivitas beberapa sesar lokal di wilayah Jawa Barat dengan rata-rata kedalaman kurang dari 60 km. Kondisi seismisitas berdasarkan persebaran episenter dan hasil cross section menunjukan bahwa kelompok gempa yang diduga sesar di Selatan Sesar Cimandiri, Sesar Garsela, Sesar Walat, dan kelompok gempa di Barat Daya Gunung Salak memiliki aktivitas gempa yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Sesar Cimandiri, sedangkan Sesar Lembang, Sesar Baribis, dan Sesar Citanduy memiliki aktivitas gempa terendah.