UJI TOKSISITAS KRONIS EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP STRUKTUR HISTOLOGIS DAN FUNGSI LIMPA TIKUS (Rattus norvegicus B.) JANTAN DAN BETINA SELAMA SATU TAHUN
Main Author: | Sahara, Shifa Hustima |
---|---|
Format: | bachelorthesis doc-type Bachelors |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2020
|
Online Access: |
http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/13314 |
Daftar Isi:
- Secang (Caesalpinia sappan L.) merupakan tumbuhan yang sering ditemukan di Indonesia dan penggunaannya sebagai pengganti obat-obatan kimia. Ekstrak kayu secang mempunyai kandungan fenol dan flavonoid tinggi yang memiliki aktivitas biologis sebagai antiinflamasi dan antioksidan. Berdasarkan potensinya sebagai obat, maka uji toksisitas kronis perlu dilakukan dengan tujuan mendapatkan dosis aman ekstrak secang tersebut khususnya terhadap struktur histologis dan fungsi limpa tikus (Rattus norvegicus B.) sebagai organ detoksifikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium menggunakan hewan uji tikus dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial 6 x 2 dan 5 kali pengulangan. Faktor pertama dosis perlakuan terdiri atas satu kontrol negatif dengan pemberian akuades dan lima perlakuan yang diberikan ekstrak kayu secang dengan variasi dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 300 mg/kg BB, 400 mg/kg BB, dan 600 mg/kg BB. Faktor kedua adalah jenis kelamin tikus jantan dan betina dengan umur 4-5 minggu serta berat badan rata-rata 200 gram dan koefisien variasi ≤ 10%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) pada tikus (Rattus norvegicus B.) selama satu tahun memberi pengaruh pada struktur histologis yang ditandai dengan peningkatan berat relatif organ limpa, luas pulpa putih limpa, nekrosis sel limfosit, serta luas fibrosis, sedangkan kadar albumin tidak memberi pengaruh pada fungsi limpa tikus. Pemberian ekstrak kayu secang selama satu tahun terhadap jenis kelamin tikus menghasilkan respon yang berbeda pada parameter berat relatif organ limpa dan luas fibrosis, sedangkan pada parameter luas pulpa putih limpa, nekrosis sel limfosit, dan kadar albumin tidak menghasilkan respon yang berbeda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dosis 200 mg/kg BB masih dalam rentang dosis yang aman untuk limpa tikus.