Daftar Isi:
  • Foraminifera merupakan Ordo dari Kelas Sarcodina, Phylum Protozoa yang menjadi salah satu mikrofosil yang telah banyak digunakan dalam studi mikropaleontologi untuk mengungkap sejarah geologi seperti umur dan lingkungan pengendapan. Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan salah satu letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah dan menyebabkan megatsunami yang bersifat menghancurkan. Beberapa tanda-tanda telah digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan paleotsunami di sepanjang pesisir pantai di bagian barat Jawa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisa foraminifera bentonik sebagai salah satu indikator paleotsunami dan penentu endapan hasil tsunami berdasarkan kumpulan biofasies. Secara administratif, lokasi penelitian berada di Daerah Ujung Kulon yang berada pada Semenanjung yang dihubungkan dengan Pulau Jawa oleh sebuah gentingan yang lebarnya kurang dari 2 Km. Objek penelitian untuk analisis biofasies ini berupa sampel sebanyak 33 buah sampel sedimen di titik U-06 dan U-07 daerah Ujung Kulon yang telah dipreparasi dan diambil foraminifera bentoniknya untuk dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis litologi dan biofasies pada titik U-06 dan titik U-07 Daerah Ujung Kulon, terdapat hubungan antara biofasies di kedua titik U-06 dan U-07 dengan proses kejadian tsunami Krakatau pada tahun 1883. Pada sampel sedimen di titik U-06 dan titik U-07 Daerah Ujung Kulon, diketahui bahwa sedimen di titik U-06 terbagi menjadi empat biofasies yang didominasi oleh spesies Streblus beccarii (Linaeus). Sedangkan pada sampel sedimen di titik U-07 terbagi menjadi lima biofasies yang didominasi oleh spesies Planulina wuellerstorfi (Schwager). Selain itu, dengan ditemukannya bongkahan koral dalam lapisan pasir halus yang merupakan salah satu karakteristik adanya peran gelombang tsunami dengan energi yang sangat kuat pada titik U-07, dapat diperkirakan bahwa kekuatan gelombang tsunami di titik U-07 lebih besar daripada di titik U-06.