Daftar Isi:
  • Angka suspek tuberkulosis (TB) balita nol pada daerah dengan angka TB dewasa tinggi memunculkan kekhawatiran terhadap kurangnya perhatian Ibu dalam membawa anak balitanya ke pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan berperan dalam menemukan kasus TB melalui edukasi dan rujukan pada Ibu anak balita yang diduga mengalami gejala TB. Disamping peran tenaga kesehatan, perlu peran aktif Ibu sebagai orang tua untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan yang dilatarbelakangi oleh faktor predisposisi, kebutuhan, dan faktor pemungkin. Dampak dari kurang antisipasi terhadap faktor tersebut dapat menyebabkan terlambatnya deteksi dini TB pada anak balita. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang melatarbelakangi Ibu membawa anak balita risiko tuberkulosis ke pelayanan kesehatan. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode proportional random sampling pada 85 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan penghitungan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh (91,76%) Ibu berusia dewasa awal (18-40 tahun), lebih dari setengah (71,76%) Ibu berpendidikan dasar, lebih dari setengah (69,41%) Ibu memiliki keluarga kecil (1-4 orang), lebih dari setengah (44,71%) Ibu berpengetahuan cukup cenderung kurang (35,29%) tentang TB, sebagian (50,59%) stigma Ibu tinggi terhadap TB, lebih dari setengah (71,76%) pendapatan keluarga Ibu dibawah UMR, dan hampir seluruh (80,00%) Ibu tidak punya asuransi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian, Puskesmas diharapkan dapat mengantisipasi pengetahuan dan stigma Ibu tentang TB dengan membentuk program peduli TB balita dengan booklet TB dan TB class yang berfungsi untuk deteksi dini TB pada anak balita. Kata kunci: tuberkulosis, balita, perilaku pencarian pelayanan kesehatan