Daftar Isi:
  • ABSTRAKUsaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang dapat bertahan pada saat krisis moneter tahun 1997 dan UMKM ini sudah berkembang pesat dan mempunyai daya saing yang tinggi. Agar UMKM dapat bersaing dengan yang lainnya maka dibutuhkan tenaga kerja yang mempunyai kompetensi sesuai dengan jenis pekerjaannya. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana kompetensi pengrajin usaha mikro, kecil, dan menengah pada industri batik Trusmi Kabupaten Cirebon.Penulis menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif untuk mengetahui kompetensi pengrajin batik Trusmi. Instrumen yang digunakan untuk penelitian adalah pedoman wawancara yang ditanyakan kepada Dinas UKM Kabupaten Cirebon, pemilik batik Trusmi, dan Pengrajin batik Trusmi. Hasil wawancara dengan informan kemudian dianalisis menggunakan analisis kualitatif.Hasil analisis menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh pengrajin batik Trusmi sudah cukup baik karena pemilik batik merekrut pengrajin yang sudah berkompeten didalamnya. Namun, pengrajin batik kurang menguasai penggunaan canting listrik, kurangnya pelatihan yang diberikan oleh pemilik batik, dan kurangnya pengrajin muda sebagai penerus pengrajin yang kompeten.Kesimpulannya adalah bahwa pengrajin batik sudah memiliki kompetensi yang cukup baik, namun perlu adanya pengetahuan dari luar agar mempunyai inovasi-inovasi terbaru dan diberikan sosalisasi kepada masyarakat sejak dini mengenai membatik agar kompetensi pengrajin batik Trusmi tidak punah.