GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI TREATMEN HEMODIALISIS
Main Authors: | Amna, Zaujatul, Zahara, Maya, Sari, Kartika, Sulistyani, Arum |
---|---|
Other Authors: | - |
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Universitas Gunadarma
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/6358 http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/6358/pdf http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/downloadSuppFile/6358/1258 |
Daftar Isi:
- Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu jenis penyakit yang memiliki gangguan fungsi dalam tubuh sehingga gagal dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan dirinya. Jenis penyakit dan berbagai efek yang dihadapinya tersebut secara langsung berpengaruh terhadap kondisi psikologis pasien, salah satunya berkaitan dengan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pasien Gagal Ginjal Kronik di Banda Aceh, Indonesia. Sebanyak 64 pasien Gagal Ginjal Kronik (32 pasien laki-laki dan 32 pasien perempuan) telah terlibat sebagai sampel penelitian ini dan menjawab Ryff’spsychological well-being scale. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa pasien Gagal Ginjal Kronik di Banda Aceh memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi dalam dirinya, ini ditunjukkan dari tingkat penerimaan diri pasien yang tinggi, dan autonomi yang rendah. Di sisi lain, hasil analisis data juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesejahteraan psikologis pada pasien GGK yang ditinjau berdasarkan usia (p = 0.039), dan status pernikahannya (p = 0.021), artinya secara usia diketahui bahwa pasien yang semakin memiliki usia yang tinggi (lansia) memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang muda. Selain itu, tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi juga dimiliki oleh pasien-pasien yang masih memiliki pasangan, dibandingkan pasien yang sudah bercerai atau berpisah dengan pasangannya. Serta hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan laki-laki maupum perempuan, artinya pasien laki-laki maupun pasien perempuan memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang sama (p = 0.240).