Dolly Riwayatmu Kini

Main Author: Handayani, Triana
Format: Article info application/pdf Journal
Bahasa: eng
Terbitan: LLDIKTI Wilayah VII , 2020
Subjects:
Online Access: http://e-jurnal.kopertis7.go.id/index.php/humaniora/article/view/295
http://e-jurnal.kopertis7.go.id/index.php/humaniora/article/view/295/244
Daftar Isi:
  • Dolly, siapa yang tidak mengenal dan mendengar nama setenar dan sepopuler itu. Setiap orang yang mendengar nama “Dolly”pasti akan tersenyum dan langsung tertuju pada lokalisasi pelacuran nomor satu di kota Metropolis Surabaya. Siapa pun, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, kakek nenek, tukang becak, tukang parkir, pedagang kaki lima sampai pejabat pun tahu bahwa nama tersebut merupakan tempat lokalisasi atau prostitusi Pekerja Sek Komersil (pelacuran) yang konon menurut kabarnya merupakan lokalisasi pelacuran terbesar se Asia Tenggara di kota Surabaya. Kemungkinan ini dikarenakan hampir semua warga semua termasuk penduduk asli atau pendatang yang tinggal di sekitar kompleks lokalisasi tersebut, berada di berbagai sudut gang-gang tempat akses masuk menuju lokalisasi Dolly, yang semua warganya menikmati serta meraup rupiah atas keberadaan lokalisasi tersebut. Dalam satu hari puluhan juta rupiah bisa di raup oleh warga di sekitar kompleks lokalisasi Dolly. Dan, orang Surabaya lebih mengenal dengan nama “Gang Dolly” dan “Jarak” di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan. Dunia pun telah mengakui keberadaan lokalisasi prostitusi tersebut, yang sudah lebih kurang 47 atau bahkan ada yang mensinyalir bahwa lokalisasi itu hampir berumur 60 tahun berdiri, entah mana yang benar. Dolly, sudah sejak lama dijadikan sebagai aset terbesar penyumbang Pajak Asli Daerah kota Surabaya (PAD) nomor satu, selain Pantai Ria Kenjeran dan Penyeberangan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kedua aset tersebut Pantai Ria Kenjeran dan Penyeberangan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, masih dianggap minim dalam memberikan kontribusi Pajak Asli Daerah kota Surabaya (PAD). Selain aset tersebut, ada aset yang menjadi konflik berkepanjangan dalam Otonomi Daerah antara kota Surabaya dengan kabupaten Sidoarjo sebagai penyumbang dana terbesar Pajak Asli Daerah. Aset tersebut adalah Bandara Udara Juanda dan Terminal Purabaya (Bungurasih), sampai sekarang masih menjadi konflik antara dua wilayah, yang sama-sama mengklaim sebagaiPAD mereka. Dan dengan dibangunnya Jembatan Surabaya-Madura yang dikenal dengan nama Jembatan Suramadu, maka secara otomatis Pajak Asli Daerah (PAD) kota Surabaya meningkat. Inilah mungkin yang membuat Walikota Pertama kali di kota Surabaya Ir. Tri Rismaharini berani menutup tempat prostitusi terbesar itu. Meskipun ini akan menghilangkan aset penyumbang Pajak Asli Daerah terbesar tersebut di kota Surabaya. Penutupan lokalisasi Dolly sangat sulit mengingat sudah puluhan tahun mereka hidup berdampingan secara damai dan harmonis di sekitar komplek lokalisasi antara penduduk, mucikari dan pelacur sendiri tanpa memandang status.