Wacana Pluralisme pasca kematian Gus Dur: Analisis wacana kritis model Norman Fairclough pada harian umum Republika edisi 30 Desember 2009 - 11 Januari 2010
Main Author: | Fitri, Sonia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.uinsgd.ac.id/372/1/1_cover.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/372/2/2_abstrak.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/372/3/3_daftarisi.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/372/4/4_bab1.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/372/5/5_bab2.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/372/6/6_bab3.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/372/7/7_bab4.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/372/ |
Daftar Isi:
- Peristiwa kematian K.H. Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur yang diberitakan oleh media massa memungkinkan ideologi pluralisme kembali dimunculkan, mengingat sosok Gus Dur yang kerap diidentikkan dengan ideologi yang masih menjadi kontroversi di kalangan masyarakat muslim Indonesia ini. Republika sebagai surat kabar komunitas muslim Indonesia merupakan salah satu media yang memberitakan peristiwa kematian Gus Dur dalam rangkaian pemberitaan pada edisi 30 Desember 2009-11 Januari 2010. Berangkat dari permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana surat kabar Republika memberitakan wacana pluralisme dalam rangkaian pemberitaan peristiwa kematian Gus Dur, dan bagaimana pula Republika mengambil peranannya sebagai sarana transformasi ideologi pluralisme. Selain itu, penelitian bertujuan mengetahui strategi transformasi ideologi tersebut kepada khalayak pembaca. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana model Norman Fairclough yang berfokus pada analisis teks dari segi intertekstual dan tekstual (ketransitifan). Objek analisisnya adalah teks berita edisi 30 Desember 2009-11 Januari 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Representasi a pluralisme ditinjau dari aspek intertekstual menggambarkan kutipan-kutipan yang “memperkenalkan kembali” sosok Gus Dur secara positif, selanjutnya mentransformasikan ideologi pluralisme secara hati-hati dan perlahan. Strategi penyampaian ideologi pluralisme dilakukan dengan melibatkan khalayak pembaca dalam agenda pemberitaan yang diarahkan untuk menyetujui gagasan pluralisme Gus Dur secara disadari maupun tidak. (2) Ditinjau dari aspek tekstual, subjek yang ditampilkan menggambarkan kompleksitas narasumber yang didominasi dari pemerintah dan tokoh politik. Republika konsisten mengawal propaganda pengangkatan Gus Dur sebagai pahlawan nasional hingga ke tataran praktis, terlihat dari teks yang memuat himpunan opini narasumber ke arah tersebut. Ditinjau dari segi analisis objek, sosok Gus Dur merupakan objek yang dominan dan diposisikan sebagai objek tunggal. Menyinggung ideologi pluralisme, ada penegasan dari Republika tentang keidentikkan Gus Dur sebagai tokoh pluralis. Republika tidak mempermasalahkan ideologi pluralisme yang masih menjadi kontroversi dalam masyarakat Islam Indonesia.