Peranan R.A.A.H.M. Wiranatakusumah V sebagai Bupati Bandung dalam pengembangan umat Islam pada masa Kolonial Belanda, Facis Jepang dan kemerdekaan
Main Author: | Rozal, Asep Sofiawan |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2012
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://digilib.uinsgd.ac.id/1748/1/1_Cover.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/1748/2/2_Abstrak.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/1748/3/3_DaftarIsi.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/1748/4/4_Bab1.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/1748/5/5_Bab2.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/1748/6/6_Bab3.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/1748/7/7_Bab4.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/1748/8/8_DaftarPustaka.pdf http://digilib.uinsgd.ac.id/1748/ |
Daftar Isi:
- Bupati menduduki posisi tertinggi, baik dalam hirarki pemerintahan pribumi maupun dalam struktur masyarakat tradisional. Bupati adalah panutan bagi bawahannya dan teladan bagi rakyatnya, sehingga pemerintah kolonial akan mendapat kesulitan untuk mencapai hasil yang diharapkan dari politik eksploitasinya tanpa bantuan bupati. Demikian pula rakyat, karena ikatan feodal kehidupannya tergantung pada kebijakan bupati, dalam hubungan kepentingan antara pemerintah kolonial – bupati – rakyat terjadi saling ketrgantungan. Meskipun demikian pemerintah kolonial menjadikan bupati sebagai pegawai pemerintah saja. Dalam perkembangan historografi tradisional Priangan di Jawa Barat, dikenal tiga lingkungan tempat kegiatan penyusunan historiografi yaitu pertama lingkungan pertapaan dari kebudayaan pra-Islam, kedua lingkungan pesantren dan yang ketiga lingkungan pendopo kabupaten. R. A. A. H. M. Wiranatakusumah V seorang bupati yang memiliki jiwa kepemimpinan yang menonjol, progresif, cerdas, dan berani mengemukakan pendapat meski itu atasan jika dirasakan atasannya telah bertindak tidak adil. Ia sangat tanggap terhadap kebutuhan rakyatnya, baik kesejahteraan materi, maupun rohani. Pengakuan keberhasilan pemerintahannya dibuktikan dengan diberikan gelar kehormatan Istiqlal dari kerajaan Saudi Arabia dan penghargaan dari pemerintah RI tahun 1992. Boleh jadi cerdas dalam melihat kondisi yang terjadi, disatu sisi harus mengembangkan kemampuan rakyatnya dalam menghadapi zaman tetapi adaftif terhadap penguasa kolonial, baik Kolonial Belanda maupun Pemerintah Pendudukan Jepang. Antara jiwa keislaman, keraifan lokal Sunda dan nasionalisme sebagai warga negara menyatu menjadi sikap dalam mengatualisasikan dirinya dalam mengemban berbagai tugas. Kebijakan-kebijakan yang dibuat R.A. A. H. M. Wiranatakusumah V bersifat ingin mengedepankan kepentingan masyarakat dan negaranya lebih diutamakan, mampu membuat startegi yang dihadapi ketika berhadapan dengan atasannya yang tidak lain penjajah bangsanya untuk meningkatkan kemajuan bangsanya. Karir politik didalam pemerintahan baik ketika di masa pemerintahan Kolonial Belanda ketika menjadi Bupati Bandung dan menjadi anggota volksraad yang bersamaan dengan meningkatnya pergerakan nasional, dimasa Pendudukan Militer Jepang apalagi ketika bergiat dalam pemerintahan negara sendiri sebagai salah satu tokoh yang mempersiapkan kerangka Indonesia Merdeka melalui BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) adalah sebagai bukti ketokohan negarawan.Tulisan-tulisannya yang diterbitkan baik berupa buku maupun dalam majalah yang dikelolanya menunjukana dekat dengan Islam apalagi setelah menunaikan ibadah haji ke Makkah pada tahun 1924 dan merupakan satu-satunya bupati yang melakukannya sehingga ia dijuluki Dalem Haji serta dan mempeopori pembentukan baitulmal di Bandung. Bergiat dalam bergai seni baik tradisi seperti Cianjuran maupun dalam seni bersifat nasional.