Komunikasi Adaptasi Lintas Budaya Pencari Suaka dalam Berinteraksi dengan Masyarakat Kota Pekanbaru
Main Author: | Yozani, Ringgo Eldapi |
---|---|
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) Institut Bisnis dan Komunikasi LSPR
, 2020
|
Online Access: |
http://journal.lspr.edu/index.php/communicare/article/view/102 http://journal.lspr.edu/index.php/communicare/article/view/102/61 |
Daftar Isi:
- Banyak cara yang dilakukan manusia dalam beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Salah satunya dengan mengikuti alur dan suasana di lingkungan baru tersebut. Adaptasi dalam konteks komunikasi lintas budaya berkaitan erat dengan adapatasi budaya dan adaptasi sosial. Pencari suaka merupakan pendatang baru yang dalam hal ini sebagai orang yang memiliki budaya minoritas dimana mereka dituntut harus mampu beradaptasi agar mereka dapat mempertahankan kehidupan dan dapat berkembang dengan baik di tempat yang memiliki budaya yang mayoritas. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui bagaimana proses komunikasi adaptasi lintas budaya yang dilakukan oleh pencari suaka dalam berinteraksi dengan sasyarakat Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan Teori Interaksi Simbolik, Teori Akomodasi Komunikasi, serta Teori Adaptasi Lintas Budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Fenomenologi Alfred Schutz. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap para pencari suaka, observasi, serta studi dokumentasi dari para pencari suaka dalam beraktivitas sehari-hari. Hasil dari penelitin ini adalah komunikasi adaptasi lintas budaya yang dilakukan oleh pencari suaka dilakukan melalui dua strategi, yakni strategi konvergensi dan strategi divergensi. Strategi Konvergensi dilakukan dengan komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, adaptasi berdasarkan kesamaan agama, cara berpakaian, serta beradaptasi denga iklim di Kota Pekanbaru. Startegi divergensi yang dilakukan oleh pencari suaka secara verbal ketika berada di dalam grup mereka lebih cenderung menggunakan bahasa daerah mereka meskipun kondisinya pada saat itu mereka berada di tengah masyarakat Kota Pekanbaru. Para pencari suaka tidak menghiraukan jarak saat berkomunikasi dan tidak berusaha mengetahui kebutuhan jarak lawan bicaranya dan berusaha mengetahui apakah jarak tersebut membuat nyaman lawan bicaranya disebabkan mereka berinteraksi dengan masyarakat pribumi jika hanya untuk memenuhi keperluannya saja.