Kepemimpinan Kolegial Perguruan Tinggi Katolik Di Flores (Studi Kasus Di STKIP Santu Paulus Ruteng Dan STFK Ledalero)
Main Authors: | Leonangung Edu, Ambros, MAKU, Hendrikus, Redi Partus Jaya, Petrus |
---|---|
Format: | BookSection PeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Unika ST. Paulus Ruteng
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://103.56.207.239/307/1/KEPEMIMPINAN%20KOLEGIAL%20%28Artikel%20HUT%20ke-60%20STKIP%29.pdf http://103.56.207.239/307/ |
Daftar Isi:
- Kolegialitas adalah semangat dasar kepemimpinan lembaga kampus dewasa ini. Pemimpin dianggap sebagai pelayan (servant) dan menjalankan tugasnya dalam semangat kesetaraan (kolegial). Konsensus, keputusan, dan kebijakan kampus didasari semangat egaliter. Pemimpin adalah seorang profesional dan kredibel namun dalam menjalankan tugasnya lebih banyak berperan sebagai moderator atau fasilitator untuk menarik potensi setiap anggota (kepala bagian, dosen/pegawai, dsb.) ke dalam suatu sinergisitas, sehingga keputusan atau kebijakan institusional memiliki daya tarik dan implikasi yang kuat. Penelitian ini merupakan kajian terhadap model dan praktik kepemimpinan kolegial yang diterapkan para pemimpin dua lembaga besar Katolik di daratan Flores: STKIP Santu Paulus Ruteng dan STFK Ledalero. Empat indikator utama model kepemimpinan kolegial adalah: devolution of power, empowerment, shared decision making, shared leadership. Untuk mendapatkan data, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara terstruktur dan observasi. Para informan yang diambil sebanyak 30 dosen STKIP Santu Paulus Ruteng dan 14 orang (pimpinan dan dosen) dari STFK Ledalero. Data dianalisa menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, display data, dan penyimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa praktik kepemimpinan yang diterapkan pada lembaga pendidikan tinggi STFK ledalero dan STKIP Santu Paulus Ruteng merupakan model kepemimpinan kolegial. Dalam menjalankan tugas kepemimpinan, ketua sekolah memberi kesempatan kepada para dosen untuk menjadi pemimpin dalam aneka pertemuan dan kegiatan tridarma perguruan tinggi. Kesempatan seperti ini sekaligus merupakan pemberdayaan diri dosen terutama dosen-dosen muda. Hal ini mendorong setiap dosen menunjukan rasa percaya diri yang tinggi dalam menjalankan tugas-tugas tridarma. Pemberian kesempatan menjadi pemimpin dan pemberdayaan dosen dalam aneka kegiatan tridarma bertujuan meningkatkan kapasitas dosen agar dapat memberi kontribusi bermakna bagi peningkatan mutu kampus.