Neraca Air Lahan dan Tanaman Padi di Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat pada Tahun 2019
Main Authors: | Barung, Femmy Marsitha, Pattipeilohy, Wendel Jan |
---|---|
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri - Palu
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://gawpalu.id/bgb/index.php/bgb/article/view/8 http://gawpalu.id/bgb/index.php/bgb/article/view/8/4 |
Daftar Isi:
- The rain season of 2019 in South Manokwari comes late indicating the longer dry period. This condition causes a reduction in the water resources availability resulting in a lack of ground water availability (KAT). Lack of ground water can be an obstacle in the cultivation of food crops, especially rice plants on rain-fed land. To evaluate KAT, a water balance model is used to calculate crop water needs and analyze surpluses and deficits. This study analyzes land and rice crop balance with Thornwaite and Mather models in South Manokwari Regency during 2019. Monthly rainfall data and class A pot evaporation were used to calculate Potential Evapotranspiration (ETP). Soil physical data including field capacity (KL) and permanent withering points (TLP) with fine soil texture are secondaryly obtained. The analysis was conducted for KAT, deficits and surpluses as well as the percentage of water available to plants (ATS). The results showed that agricultural land was still in optimal condition in January – August, while for rice plants was below the optimum KAT since August and reached TLP in October. The surplus only occurred in January – February and April – June with a peak in June of 157.8 mm (land) and 136.8 mm (rice). Groundwater decreased since July and continued to decline until December, marked by moderate to low ATS conditions. Groundwater deficit from August - December requires the supply of irrigation water for agriculture.
- Musim hujan tahun 2019 di Manokwari Selatan datang terlambat yang berarti periode kemarau menjadi lebih panjang. Kondisi ini menyebabkan ketersedian sumberdaya air menjadi berkurang yang berimbas pada kurangnya ketersediaan air tanah (KAT). Kurangnya air tanah dapat menjadi kendala dalam kegiatan budi daya tanaman pangan khususnya tanaman padi pada lahan tadah hujan. Untuk mengevaluasi KAT digunakan model neraca air untuk menghitung kebutuhan air tanaman serta analisis surplus dan defisit. Penelitian ini menganalisis neraca air lahan dan tanaman padi dengan model Thornwaite and Mather di Kabupaten Manokwari Selatan selama tahun 2019. Data yang digunakan berupa data curah hujan bulanan dan penguapan panci kelas A untuk menghitung Evapotranspirasi Potensial (ETP) tahun 2019. Selain itu, data fisik tanah berupa nilai kapasitas lapang (KL) dan titik layu permanen (TLP) dengan tekstur tanah halus diperoleh secara sekunder. Analisis yang dilakukan adalah analisis ketersediaan air tanah, defisit dan surplus serta persentase air tersedia bagi tanaman (ATS). Hasil penelitian menunjukkan lahan pertanian pada umumnya masih berada pada kondisi yang optimal pada bulan Januari – Agustus, sedangkan untuk tanaman padi mulai Agustus sudah berada dibawah KAT optimum dan mencapai TLP di bulan Oktober. Surplus hanya terjadi pada Januari – Februari dan April – Juni dengan puncaknya terjadi pada bulan Juni sebesar 157.8 mm (lahan) dan 136.8 mm (padi). Air tanah mengalami defisit mulai Juli dan semakin menurun hingga akhir tahun yang ditandai dengan kondisi ATS sedang hingga sangat kurang. Periode defisit status air tanah pada awal Agustus hingga Desember mengharuskan adanya suplai air irigasi untuk kepentingan pertanian.