PERSPEKTIF GENDER DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA DJENAR MAESA AYU
Main Author: | Purnani, Siwi Tri |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
, 2017
|
Online Access: |
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/bind/article/view/469 http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/bind/article/view/469/485 http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/bind/article/view/469/486 |
Daftar Isi:
- Abstract: Gender is a device that is more socially constructed rather than biological. Someone could be less or more 'feminine' and less or more 'masculine'. A man can display the characteristics of 'feminine', as well as women can also display the properties of 'masculine'. The purpose of this analysis is to describe the analysis of literary works in the collection of short stories "Jangan Main-Main dengan Kelaminmu" by Djenar Maesa Ayu and other forms of gender inequality in the collection of short stories "Mereka Bilang Saya Monyet!” by Djenar Maesa Ayu. In the short story collection "Jangan Main-Main dengan Kelaminmu" by Djenar Maesa Ayu there are several character differences between men and women, or differences in views pasted in several excerpts of stories in the collection of short stories. In a collection of short stories “Mereka Bilang Saya Monyet” too often showing gender inequality against women from its immediate environment. Abstrak: Gender merupakan piranti yang lebih dikonstruksikan secara sosial daripada biologis. Seseorang bisa menjadi kurang atau lebih ‘feminim’ dan kurang atau lebih ‘maskulin’. Seorang laki-laki dapat menampilkan karakteristik-karakteristik ‘feminim’, sama halnya perempuan juga bisa menampilkan sifat ‘maskulin’. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan analisis karya sastra dalam kumpulan cerpen “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu” karya Djenar Maesa Ayu dan bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” karya Djenar Maesa Ayu. Pada kumpulan cerpen “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu” karya penulis wanita Djenar Maesa Ayu terdapat beberapa perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan, atau perbedaan pandangan disisipkan dalam beberapa cuplikan cerita di dalam kumpulan cerpen tersebut. Pada kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” pun kerap memerlihatkan ketidakadilan gender terhadap perempuan. Kata Kunci: gender, feminim, maskulin. Abstract: Gender is a device that is more socially constructed rather than biological. Someone could be less or more 'feminine' and less or more 'masculine'. A man can display the characteristics of 'feminine', as well as women can also display the properties of 'masculine'. The purpose of this analysis is to describe the analysis of literary works in the collection of short stories "Jangan Main-Main dengan Kelaminmu" by Djenar Maesa Ayu and other forms of gender inequality in the collection of short stories "Mereka Bilang Saya Monyet!” by Djenar Maesa Ayu. In the short story collection "Jangan Main-Main dengan Kelaminmu" by Djenar Maesa Ayu there are several character differences between men and women, or differences in views pasted in several excerpts of stories in the collection of short stories. In a collection of short stories “Mereka Bilang Saya Monyet” too often showing gender inequality against women from its immediate environment.133
- Abstrak: Gender merupakan piranti yang lebih dikonstruksikan secara sosial daripada biologis. Seseorang bisa menjadi kurang atau lebih ‘feminim’ dan kurang atau lebih ‘maskulin’. Seorang laki-laki dapat menampilkan karakteristik-karakteristik ‘feminim’, sama halnya perempuan juga bisa menampilkan sifat ‘maskulin’. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan analisis karya sastra dalam kumpulan cerpen “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu” karya Djenar Maesa Ayu dan bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” karya Djenar Maesa Ayu. Pada kumpulan cerpen “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu” karya penulis wanita Djenar Maesa Ayu terdapat beberapa perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan, atau perbedaan pandangan disisipkan dalam beberapa cuplikan cerita di dalam kumpulan cerpen tersebut. Pada kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” pun kerap memerlihatkan ketidakadilan gender terhadap perempuan. 135