Komparasi Pendapatan Usahatani Bawang Merah Berdasarkan Sumber Pembiayaan di Kabupaten Nganjuk
Main Authors: | Farianto, Aris, Karyani, Tuti , Trimo, Lucyana |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Departmen of Agribusiness, Economics and Management Faculty, Bogor Agricultural University
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jagbi/article/view/33279 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jagbi/article/view/33279/22611 |
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara pendapatan petani yang mengakses kredit lembaga keuangan formal dan informal. Penelitian dilakukan di Kabupaten Nganjuk. Pengambilan sampel menggunakan purposive Sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebnayak 100 petani bawang merah yang mengakses kredit lembaga keuangan formal dan informal. Metode penelitian menggunakan pendekatan analisis kuantitatif. Analisis data menggunakan analisis matematik untuk mengetahui perbedaan pendapatan petani bawang merah yang mengakses kredit ke lembaga keuangan formal dan informal. Analisis statistik menggunakan Independent Sampel T Test, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pendapatan petani bawang merah yang mengakses kredit pada lembaga keuangan formal dan informal. Hasil penelitian menunjukan rata-rata pendapatan petani bawang merah yang mengakses lembaga keuangan formal sebesar Rp. 35.852.746,43 per musim tanam, sedangkan rata-rata pendapatan petani bawang merah yang mengakses lembaga keuangan informal sebesar Rp. 16.317.527,62 per musim tanam. Perbedaan pendapatan disebabkan oleh luas lahan yang ditanami oleh petani dan jumlah produksi bawang merah dan berdasarkan analisis perbedaan (Komparasi) pendapatan usahatani bawang merah yang mengakses kredit ke lembaga keuangan formal dan informal dengan uji beda dengan hasil Fhitung lebih besar dari Ftabel dan Thitung lebih besar dari Ttabel dengan signifikan 0,00, dengan keputusan tolak Ho terima H1, artinya terdapat perbedaan nyata antara usatani bawang merah yang mengakses kredit ke lembaga keuangan formal dan informal
- Shallots in Indonesian society as a complement to spices in cooking, are also needed as raw material for the fried onion industry and have many benefits of high economic value. Shallot consumption has risen year after year, resulting in a rise in shallot commodity development. The scale of onion farming variety from small to large scale; it demands a significant amount of capital gets started. One of the most essential aspects of initiatives to promote a shallot commodity, which is intended to boost farmers' income, is the availability of funding. The purpose of this study was to determine the income between shallot farmers who access credit to formal and informal financial institutions. The research was conducted in Nganjuk Regency because it is one of the centres of shallots in East Java Province. The analysis in this research is analyzing farm income and examining the differences between farms that have access to formal and informal. The results showed that the income of shallot farming in Nganjuk Regency was very profitable and there was a difference between the income of shallot farming who accessed formal and informal financial institutions.