Gambaran kemampuan bahasa bicara pada pasien stroke dengan afasia motorik
Main Authors: | Rohma, Naylil Mawadda, Hidayati, Titiek, Puspita, Dewi |
---|---|
Other Authors: | Naylil Mawadda Rohma1, Titiek Hidayati2, Dewi Puspita3 1. Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan, Program Pasca Sarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, namaroiskandar1989@gmail.com 2. Dosen Program Studi Magister Keperawatan, Program Pasca Sar |
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/view/40530 https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/view/40530/23082 https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/downloadSuppFile/40530/6226 https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/downloadSuppFile/40530/6228 |
Daftar Isi:
- Latar belakang: Perspektif neurologis menjelaskan afasia merupakan gangguang bahasa yang diperoleh karena lesi otak fokal tanpa adanya gangguan kognitif, motoric, sensorik. Gangguan bahasa terjadi pada semua modalitas bahasa (berbicara, membaca, menulis, tanda). Tujuan: Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk menggambarkan kemampuan bahasa (bicara) pada pasien stroke dengan afasia motorik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik. Sampel adalah 23 responden pasien stroke dengan afasia motorik. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah TADIR untuk kemampuan bahasa (bicara). Hasil dan Kesimpulan: Nilai kemampuan bahasa (bicara) pada pasien stroke dengan afasia motorik yaitu hampir seluruhnya mengalami gangguan (terganggu) dengan 19 responden (82,6%).
- Pendahuluan : Perspektif neurologis menjelaskan afasia merupakan gangguang bahasa yang diperoleh karena lesi otak fokal tanpa adanya gangguan kognitif , motoric, sensorik. Gangguan bahasa terjadi pada semua modalitas bahasa (berbicara, membaca, menulis, tanda).Tujuan : Penelitian ini mengeksplorasi persoalan public health terkait kebutuhan kemampuan bahasa (bicara) pada pasien stroke dengan afasia motorik.Metode : Survey terhadap 23 responden pasien stroke dengan afasia motorik di kabupaten Trenggalek menggunakan instrumen TADIR (Test Afasia untuk Diagnosis Informasi Rehabilitasi).Hasil : Pertama, karakteristik pasien stroke dengan afasia motorik diketahui sebagian besar jenis kelamin adalah laki laki (60,9 %). Hampir setengah dari responden berpendidikan SD (39,2 %). Sebagian besar responden berada pada fase stroke sub akut (52,2 %). Sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga (73,9 %). Sebagian besar responden 56,5 % berusia antara 61 – 70 tahun. Sebagian besar responden (73,9 %) mengalami stroke serangan ke – 1. Kedua, Nilai kemampuan bahasa (bicara) pada pasien stroke dengan afasia motorik yaitu hampir seluruhnya mengalami gangguan (terganggu) (82,6 %). Ketiga, data ini menunjukkan pentingnya adanya peran petugas kesehatan untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan bahasa (bicara) pasien stroke dengan afasia motorik. Kesimpulan : Pasien stroke dengan afasia motorik memiliki potensi kemampuan bahasa (bicara) yang lebih buruk apabila permasalah tersebut tidak diperbaiki. Peran petugas kesehatan untuk saling berkolaborasi (interprofessional collaboration) dalam ketersediaan data pasien stroke dengan afasia motorik dan terapi, merumuskan dan memaksimalkan peran kelompok lansia (posyandu lansia) dan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan bahasa (bicara) yang akan menunjang komunikasi sebagai kebutuhan dasar manusia