Keracunan makanan di BAPELKES Kalasan Kabupaten Sleman Provinsi DIY – 2018
Main Authors: | Wiariyanti, Wafiyyah Rizki, Lalu, Rilla Venia, Wibowo, Trisno Agung, Prasetyaningsih, Elisabet Cucuk |
---|---|
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/view/39894 https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/view/39894/23033 |
Daftar Isi:
- Latar belakang: Pada tanggal 9 Mei 2018 Puskesmas Kalasan mendapatkan informasi bahwa telah terjadi dugaan keracunan makanan saat pelatihan di Bapelkes Kalasan setelah memakan makanan prasmanan yang disajikan pada hari Selasa 8 Mei 2018. Tujuan dari penyelidikan adalah untuk mengkonfirmasi Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan dan untuk mengetahui faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan sehingga dapat memberikan rekomendasi kepada pihak terkait sebagai upaya pencegahan. Metode: Desain studi yang digunakan adalah case control dengan perbandingan 1:1. Pencarian kasus dilakukan secara aktif dengan definisi kasus adalah orang yang mengalami satu atau lebih dari gejala mual/ diare/ muntah/ kembung dengan atau tanpa gejala lain seperti pusing/sakit kepala/demam setelah makan makanan coffeebreak pada pukul 10:00 WIB saat pelatihan di Bapelkes Kalasan pada tanggal 8 Mei 2018. Definisi kontrol adalah orang yang tidak mengalami gejala sakit setelah makan makanan coffeebreak pada pukul 10:00 WIB saat pelatihan di Bapelkes Kalasan pada tanggal 8 Mei 2018. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan melalui uji Chi Square dan Binari Logistic. Investigasi lingkungan dan investigasi mikrobiologi juga dilakukan. Hasil: Diketahui bahwa kasus keracunan makanan di dominasi oleh perempuan (58,21%) dengan kelompok umur yang tertinggi adalah 21-30 tahun (70,00%). Gejala yang paling banyak dirasakan oleh responden adalah mual (85%) dan diare (65%). Masa inkubasi kasus adalah 2-44 jam dengan rata-rata 23 jam. Bakteri yang diduga menjadi penyebab terjadinya keracunan makanan adalah Bacillus cereus. Hasil uji statistik menunjukkan tahu bakso (OR 8, 95%, CI 0,392-3,225 ) yang berhubungan dengan kejadian. Namun pada pemeriksaan mikrobiologi tidak menunjukkan hasil positif Bacillus cereus pada tahu bakso. Kesimpulan: Telah terjadi kasus keracunan makanan di Bapelkes pada Rabu 8 Mei 2018 karena mengkonsumsi makanan tahu bakso yang diduga telah terkontaminasi oleh Bacillus cereus. Rekomendasi yang diberikan adalah perlunya edukasi terkait food safety kepada pihak terkait.
- Latar belakang: Pada tanggal 9 Mei 2018 Puskesmas Kalasan mendapatkan informasi telah terjadi dugaan keracunan makanan saat pelatihan di kantor X Kalasan setelah memakan makanan prasmanan yang disajikan pada hari Selasa 8 Mei 2018. Tujuan dari penyelidikan adalah mengkonfirmasi Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan dan mengetahui faktor resiko penyebab terjadinya keracunan makanan sehingga dapat memberikan rekomendasi kepada pihak terkait sebagai upaya pencegahan. Metode: Desain studi case control 1:1 dan kuesioner Penyelidikan Epidemiologi KLB Keracunan Pangan digunakan untuk pencarian kasus dengan definisi kasus adalah orang yang mengalami satu atau lebih dari gejala mual/ diare/ muntah/ kembung dengan atau tanpa gejala lain seperti pusing/sakit kepala/demam setelah makan makanan coffeebreak pada pukul 10:00 WIB saat pelatihan di Kantor X Kalasan pada tanggal 8 Mei 2018. Definisi kontrol adalah orang yang tidak mengalami gejala sakit setelah makan makanan coffeebreak pada pukul 10:00 WIB saat pelatihan di Kantor X Kalasan pada tanggal 8 Mei 2018. Analisis data dilakukan dengan uji Chi Square. Investigasi lingkungan dilakukan dengan mendatangi dua food handler dan investigasi mikrobiologi dengan melakukan pemeriksaan laboratorium pada sampel makanan. Hasil: Kasus keracunan makanan didominasi perempuan (58,21%) dengan kelompok umur 21-30 tahun (70,00%). Gejala yang banyak dialami adalah mual (85%) dan diare (65%). Masa inkubasi kasus adalah 2-44 jam dengan rata-rata 23 jam. Hasil uji statistik menunjukkan tahu bakso berhubungan dengan kejadian (OR:8). Bakteri yang diduga menjadi penyebab adalah Bacillus cereus karena makanan diletakkan pada suhu ruangan >2 jam. Namun pada pemeriksaan mikrobiologi tidak menunjukkan hasil positif Bacillus cereus pada tahu bakso dikarenakan sampel yang diambil hanya dari satu food handler. Kesimpulan: Telah terjadi kasus keracunan makanan di Kantor X Kalasan pada Rabu 8 Mei 2018 karena mengkonsumsi makanan tahu bakso yang diduga telah terkontaminasi oleh Bacillus cereus. Rekomendasi yang diberikan adalah perlunya edukasi terkait food safety kepada pihak terkait.