PEMANFAATAN DATA CITRA MULTITEMPORAL UNTUK PREDIKSI ARAH SEBARAN LUMPUR LAPINDO DI KABUPATEN SIDOARJO

Main Authors: Hariyanto, Teguh; Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Agustia, Maulyna Sri; Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Setiyoko, Andie; Pusat Data Penginderaan Jauh, LAPAN
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Department of Geomatics Engineering , 2010
Subjects:
Online Access: http://iptek.its.ac.id/index.php/geoid/article/view/7325
http://iptek.its.ac.id/index.php/geoid/article/view/7325/4865
Daftar Isi:
  • Banjir lumpur panas Sidoarjo merupakan peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantasdi Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang diawali pada tanggal 29 Mei 2006. Sebaran lumpur yang makin lama makin meluas menyebabkan daerah yang ikut tergenang juga semakin bertambah banyak. Kemampuan penginderaan jauh dalam pengolahan dan penyajiannya diharapkan dapat membantu menyediakan informasi yang lengkap tentang arah sebaran lumpur lapindo dan daerah-daerah yang dianggap berbahaya terhadap bencana semburan lumpur lapindo di Kabupaten Sidoarjo sesuai dengan zonasi bahaya pada daerah disekitar bencana lumpur lapindo.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit Ikonos multitemporal tanggal 31 Oktober 2006, 5 Januari 2007, 22 April 2007, 7 Agustus 2007, 5 Januari 2008, 2 April 2008 dan data DEM SRTM. Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi visual. Hasil yang diperoleh adalah peta tutupan lahan dan peta perubahan tutupan lahan tahun 2006-2008 yang menunjukkan perubahan yang signifikan serta peta kontur untuk mengetahui arah sebaran lumpur lapindo.Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa prediksi arah sebaran lumpur lapindo menuju ke arah timur laut (Gempolsari, Glagaharum dan Kalidawir) dan tenggara (Besuki dan Keboguyang). Ini disebabkan daerah tersebut mempunyai ketinggian yang lebih rendah dibandingkan daerah yang lainnya. Luasan lumpur tersebut yaitu pada tanggal 17 Juli 2006 sebesar 173,856 Ha; 31 Oktober 2006 sebesar 264,514 Ha; 5 Januari 2007 sebesar 472,797 Ha; 22 April 2007 sebesar 600,144 Ha; 7 Agustus 2007 sebesar 555,543 Ha; 5 Januari 2008 sebesar 611,575 dan 2 April 2008 sebesar 635,432 Ha. Selain itu, didapatkan peta zona bahaya dimana peta tersebut menggambarkan daerah-daerah yang dianggap berbahaya. Dari data tersebut maka kita dapat mengurangi kerugian yang nantinya dapat dialami oleh penduduk disekitar lumpur lapindo.