Kerukunan dan toleransi umat beragama rekayasa kearifan lokal dalam manajemen konflik di Pulau Terluar Enggano

Kata Enggano berasal dari kata Portugis yang berarti?kecewa?. Nama ini muncul sekitar abad ke-17 orang Portugissinggah ke Pulau ini mencari rempah-rempah yang ternyatatidak ditemukan. Semenjak itu Pulau ini dikenal dengan namaEnggano. Di masa penjajahan Belanda, Pulau Enggano disebut Pulau Telanjang...

Full description

Format: Book
Bahasa: ind
Terbitan: Bengkulu : Zigie Utama , 2018
Edition: Cetakan Oktober 2018
Subjects:
Summary: Kata Enggano berasal dari kata Portugis yang berarti?kecewa?. Nama ini muncul sekitar abad ke-17 orang Portugissinggah ke Pulau ini mencari rempah-rempah yang ternyatatidak ditemukan. Semenjak itu Pulau ini dikenal dengan namaEnggano. Di masa penjajahan Belanda, Pulau Enggano disebut Pulau Telanjang karena ketika itu kehidupan masyarakatEnggano masih sederhana dan belum mengenal tekstil. Pulau Enggano merupakan teretorial Kecamatan PulauEnggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.Enggano memiliki luas wilayah 680 Km (40 x 7 km). Masyarakat asli Enggano beragama non muslim sedangkan masyarakat muslim di Enggano berasal dari para pendatang. Dahulu, hampir semua masyarakat Enggano menganut agama Kristen tetapi seiring masuknya pendatang dari berbagai wilayah menyebabkan penduduk muslim menjadi mayoritas di Enggano. Meskipun lebih banyak penduduk muslim daripada menduduk nonmuslim, hampir tidak pernah terjadi konflik di Enggano, baik konflik etnis maupun konflik agama. Mereka mampu hidup dalam harmoni, memiliki nilai-nilai toleransi yang cukup tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang lain. Menurut mereka hal ini dikarenakan kearifal lokal yang mereka miliki mampu menjaga mereka dari perpecahan.
Physical Description: x, 81 halaman : ilustrasi ; 25 cm
Bibliography: Bibliografi : halaman 73-74
ISBN: 9786025226953