Summary: |
Hari demi hari kini kulalui tanpa hadirmu kasih. Kesunyian menyergap hidupku yang terbiasa berdua dengamu. Aku merasakan adanya kesedihan yang menyapu setiap sudut jalanan yang menjadi kenangan kita berdua, melewati malam bersama dengan penuh rasa cinta, Kamu memutuskan untuk pergi, setelah lama rasa itu kau pendam. Rasa getir dan cinta yang perlahan luntur entah karena apa. Kau berkata bahwa kita tidak lagi satu frekeuensi, bukan lagi kekasih. Lagu lagu romantis yang kita senandungkan berdua, nyatanya terasa makin hambar. Aku masih merasakan getaran itu, getaran akan kehadiranmu yang meneduhkan hatiku. Juga perasaan hangat akan tatapan matamu, semua masih terasa dalam benakku. Tapi tidak dengamu, kamu bilang aku tak lagi membuatmu tersenyum sendiri sepanjang hari. Kamu bilang senymku tak lagi sama, tak lagi membuat hatimu bergetar Kamu bilang ada yang lain, yang memikat hatimu dengan sempurna, tanpa bersusah payah. Kamu bilang ragamu masih bersamaku, tetapi hatimu telah mendua tanpa sengaja. Kamu bilang aku tak lagi tujuanmu menantikan pagi dan mengharap dering telpon dariku. Dia memberimu lebih dari yang kau mau, dia memberimu lebih dari yang aku beri. Kamu mendua diawali dengan tatap mata, kamu lelah berada di sisiku, setia bersamaku. Jangankan untuk kembali padaku, bahkan kamu lupa jalan yang kita lalui berdua. Aku disini masih memantikanmu, kembali dan mengulurkan tanganmu, aku masih setia. Aku masih memiliki cinta, yang akan tetap terpatri lekat dalam hati yang terus setia ini. Maka biarkanlah aku menanti disini sendiri, ditemani hujan yang seakan mengerti isi hati, dan aku berharap ada keajaiban datang bersama hadirnya hujan yang tak kunjung usai.
|