Summary: |
Pers dan kekuasaan dipenuhi dengan berbagai mitos ada yang mengatakan pers adalah pilar negara yang keempat. Ada yang menyebut wartawan sebagai nyamuk pers. Ada yang mengatakan pers adalah anjing penjaga yang selalu siap mengigit pemerintah. Ada pula yang melebih lebihkan kekuatan pers dengan mengatakan bahwa pena lebih berbahaya dari peluru. Mana yang benar? Indonesia, pers yang mula-mula lahir dengan mengidentikan diri sebagai "pers perjuangan" di jaman penjajahan Belanda hingga kini selalu dibayangkan sebagai kekuatan dasyat, yang setiap saat dapat menggulingkan pemerintah. Karena itu pers selalu perlu "jinakkan", baik lewat imbauan telepon, fax, pemanggilan ataupun teguran. Bila pers juga dibunuh dengan pembredelan. Apakah pers di Indonesia memang berbahaya? Tak mudah mencari jawabannya. Yang jelas ada banyak orang berilusi soal kekuatan pers. Begitu juga sebaliknya. Pers mengilusikan kekuatan pemerintah secara berlebihan. Penguasa dan pers memiliki imajinasi masing-masing, baik terhadap dirinya maupun terhadap pihak lain secara berlebihan. Yang satu membayangkan yang lain sebagai "monster yang mengerikan". Barangkali ini membuat posisi pers sangat bergayut pada kekuasaan. Hanya dengan menjentikkan ujung kuku, kekuasaan bisa menghempaskan "institusi" pers yang dianggap tidak sejalan dengan politik mainstream.
|