| Summary: |
Sebuah pesan moral bagi kaum beragama, seorang pemuda yang senantiasa memuja luka pada luka sehingga ia sudih merajut luka. Ibnu adalah sosok pemuda yang termarjinalkan adanya, dalam jiwanya selalu hadirkan ketidakpuasan dalam berbangsa dan bernegara. Kenyataan pahit pun harus Ibnu lalui demi mewujudkan angan serta cita cita pejuang tempo dulu ialah mencerdaskan bangsa hal demikan hampir, atau memang telah terlupakan oleh muda mudi bangsa kita. Suatu ketika ia bersahabat dengan 8 anak gembel dipersimpangan jalan raya. Dari situlah kehidupannya mulai berwarna. Dalam kondisi apapun ibnu senantiasa bersemangat untuk mendekatkan sahabat sahabat kecilnya dengan akses pendidikan, dan bagi Ibnu jalanan adalah sekolah. Meski terkesan jalanan adalah tempat penuh murka, Ibnu mampu membuktikan jika jalanan penuh dengan Rahmat Tuhan dan kental dengan nuansa Agama. Hingga waktu tiba, sahabat sahabat kecilnya mampu dan bisa seperti anak pada umumnya, bahkan lebih diatas rata rata. Jalanan pertemukan ia dengan sosok dewa dewa yang menjelma sebagai cendekiawan gila kaum beragama. Suatu hari fatimah hinggap dihatinya, fatimah hadir tak ubah seperti rahmat tuhan yang turun bagai hujan. Kisah cinta yang entah manis atau duka, mereka lalui bersama. Dalam kisah klasik hidupnya ia selalu sandingkan dialog sosial memanusiakan manusia, yang dimana penguasa selalu tikam rakyatnya.
|
