Summary: |
Tradisi Mecula dan Haroa Ano Laa merupakan tradisi yang wajib dilaksanakan oleh masyarakat Buton Utara setiap tahunnya, yaitu pada bulan September setelah masyarakat melakukan panen. Hal ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur terhadap Sang Pencipta atas keberhasilan dalam berusahatani khususnya pada tanaman padi ladang. Mecula adalah bagian ritual Haroa Ano Laa yang tetap dipertahankan oleh masyarakat Kotawo. Pada beberapa wilayah termasuk di Desa Kasulatombi, Mecula sudah tidak dilakukan lagi. Buku ini ingin menunjukkan bahwa Mecula bukan lah suatu bagian dari tradisi Haro Ano Laa yang sederhana dan tanpa makna. Mecula bahkan ditemukan sebagai inti dari sejarah masyarakat Kotawo, dan dengan memelihara ritual Mecula berarti Tidak hanya itu, dalam buku ini, Mecula dan Haroa Ano Laa dipandang sebagai aspek yang sakral dari masyarakat Kabupaten Buton Utara. Mecula dan Haroa Ano Laa akan didalami sebagai fakta sosial dalam sudut pandang teori budaya Roy Rappaport yang berbasis pada pendekatan ekosistem, yakni budaya sebagai pengontrol kondisi lingkungan. Menurut konsep Rappaport, bahwa upacara-upacara adat dapat berfungsi ekologis dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan (ekosistem). Asumsinya bahwa upacara adat Mecula dan Haroa Ano Laa merupakan faktor kunci yang mengatur dinamika interaksi sosial budaya dengan lingkungan (fungsi mekanisator), agar sistem lingkungan dalam hal ini ekologi lahan kering, ekologi rawa sungai dan kegiatan pertanian padi ladang yang dikelola oleh masyarakat menjadi stabil.Tiga konsep besar yang akan dibahas dalam ini adalah : (1) Sejarah Mecula dan Haroa Ano Laa, (2) Proses Mecula dan Haroa Ano Laa (3) Nilainilai yang melandasi Mecula dan Haroa Ano Laa, yang meliputi: (a) nilai-nilai konservasi, (b) nilai-nilai budaya, dan (c) nilai-nilai solidaritas.
|