Summary: |
Menurut Kiai Ibrahim, perintah membaca, dan perintah untuk mencari ilmu sampai ke negeri Cina harus diartikan seluas-luasnya. Namun ilmu adalah produk social, jika tidak dirumuskan dan diutarakan untuk berbagai kemudian menjadi pembicaraan, maka kurang berkembang dan kurang bermanfaat. Juga jika hanya dibicarakan dapat menjadi gossip, dan membahayaka, karena ditafsirkan dengan tidak jelas dan salah. Kata-kata menurut Ibrahim adalah bagaikan jasad renik, ada yang baik da nada yang jahat dan keduanya berlomba dalam berkembang biak dan menyebar. Dan bagai virus bermutasi menyesuaikan terhadap keadaa, mengubah pesan dan makna.Kata-kata yang bijak bias berubah dalam perjalanannya dari mulut ke mulut menjadi liur liar beracun menyebar kematian. Maka kata Kiai Ibrahim bacalah tetapi lalu pikirkanlah, dan cara terbaik untuk sampai pada memikirkan, adalah menulislah! Dan karena tulisan pun ditafsirkan, pasti ditafsirkan dan harus ditafsirkan, karena itu menulislah sebaik-baiknya agar kemungkinan disalh artikan sekecil mungkin. Penafsiran, kata Kiai Ibrahim, adalah hal pasti karena manusia yang membaca dan menulis bukan computer yang dapat melakukan copy
|