Summary: |
"Lun, akan saya ceritakan padamu tentang sebuah kisah." "Tentang apa?" "Tentang Bulan dan Matahari yang tak ingin terpisah." "Nggak minat. Nggak suka endingnya." "Memangnya apa?" "Sesuai dengan puisi yang kamu tulis, kan? Pada akhirnya, semesta hanya mempertemukan keduanya lewat gerhana. Tapi, tak membiarkan mereka bersatu selamanya." "Itu bukan akhir yang sebenarnya.Ada lanjutannya." "Jadi, akhir yang sebenarnya seperti apa?" "Bulan dan Matahari memberontak, mereka tetap ingin bersatu. Melawan semesta dan seluruh aturannya." "Serius?" "Iya, tapi..." "Tapi, kenapa?" "Bulan dan Matahari harus menerima konsekuensi dari melawan takdir mereka." "Konsekuensi seperti apa?" "Kita akan segera mengetahuinya." Ini hanya tentang Luna, yang dibuat pusing, bingung dan gemas dengan Ara Pahlevi, cowok asal Perth dengan sifatnya yang berubah-ubah mengikuti terbit dan terbenamnya Matahari. Ini juga tentang Luna, yang marah saat Ara menyuruhnya menjauh. Tentang Luna yang bingung setiap kali ia menemukan puisi dalam lacinya. Tentang Luna yang meleleh setiap kali cowok itu tiba-tiba muncul di depan rumahnya, kemudian mengajaknya menjelajah Makassar untuk bersenang-senang, mengukir kenangan-kenangan indah di setiap tempat yang mereka pijaki.
|