Summary: |
Tubuh adalah situs terbesar kolonisasi yang mampu memfasilitasi kita agar menemukan resistensi-resistensi yang paling kuat pada kolonialisme. Teks pascakolonial dapat digunakan untuk mengkonfigurasi ulang signifikansi dan pembebanan terhadap tubuh sebagai sebuah citra kolonial dan budaya patriarki yang terkandung di dalamnya. Joko Pinurbo, melalui antologi puisi Celana dan Di Bawah Kibaran Sarung, mencoba "menciptakan" tubuh yang mana mengalami ketergantungan kepada roh sebagai yang ideal.Tubuh sebagai konstruksi ruang dalam puisi-puisi diungkapkan dengan gaya yang liar sehingga menjadi suatu medium dalam hubungannya dengan yang Ilahiah. Pada akhirnya, secara hierarkis tubuh berada dalam posisi inferior, dihancurkan dan/atau dinihilkan.Buku ini disusun oleh seorang Master of Art dan buku ini telah diujikan di hadapan profesor-profesor sastra UGM dan mendapat nilai yang memuaskan. Hampir belum ada buku yang mengkaji dan mengupas kedalaman puisi-puisi Joko Pinurbo (seorang penyair kontemporer yang telah menciptakan struktur dan konstruksi baru perpuisian Indonesia), sehingga buku ini akan menjadi pilihan utama para pecinta sastra dan puisi khususnya. Membaca buku ini, pembaca sekaligus belajar bagaimana menulis puisi.
|