| Summary: |
Bunga rampai ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa sebagian besar perempuan kepada daerah yang terpilih dalam pilkada langsung merupakan istri atau anak dari politikus laki-laki yang terlebih dahulu menjabat atau memiliki pengaruh kuat di daerahnya (yang kemudian disebut dengan family ties/kekerabatan). Dikhawatirkan, kinerja perempuan kepala daerah yang muncul dengan factor kekerabatan yang kuat tersebut, tidak mampu mendorong kualitas demokratisasi local, termasuk memperjuangkan kepentingan praktis gender. Dengan menggunakan pendekatan perspektif gender dan politik, bunga rampai ini menganalisis kemunculan dua perempuan kepala daerah dengan kekerabatan yang kuat, yaitu Airin Rachmi Diany sebagai wali kota Tangerang Selatan dan Anna Sophanah sebagai Bupati Indramayu. Analisis yang dilakukan berupa persamaan dan perbedaan dalam hal konfigurasi politik local, historis, sosiologis, kondisi struktur social-ekonomi masyarakat, dan kondisi civil society organization.
|
