Sri Sultan hari-hari Hamengku Buwono IX sebuah presentasi majalah Tempo

Buku ini adalah sebuah dedikasi. Ketika Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat, 2 Oktober 1988 di Washington D.C. (3 Oktober pagi di Indonesia) dan dimakamkan enam hari sesudahnya, peristiwa itu menjadi salah satu peristiwa bersejarah. Presiden Soeharto menyatakan hari berkabung nasional selama tujuh h...

Full description

Other Authors: Dahana, A. (-), Margana, A., Amran Nasution, Budiman S. Hartoyo, Goenawan Mohamad, Putu Setia, Susanto Pudjomartono
Format: Book
Bahasa: ind
Terbitan: Jakarta : Pustaka Utama Grafiti , 1988
Edition: Cetakan pertama, 1988
Subjects:
Summary: Buku ini adalah sebuah dedikasi. Ketika Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat, 2 Oktober 1988 di Washington D.C. (3 Oktober pagi di Indonesia) dan dimakamkan enam hari sesudahnya, peristiwa itu menjadi salah satu peristiwa bersejarah. Presiden Soeharto menyatakan hari berkabung nasional selama tujuh hari. Ratusan ribu manusia melayat. Lebih dari 300 orang wartawan datang meliput, di Washington, di Honolulu, di Jakarta, di Yogya dan di Imogiri. Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan raja besar karena kerakyatannya. Pada saat keadaan di Jakarta setelah proklamasi makin tegang, Kolonialisme Belanda ingin menguasai Indonesia lagi, dan para pemimpin Negara selalu mendapat ancaman tentara Belanda, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyediakan wilayahnya sebagai pusat pemerintahan. Para pemimpin republik berhasil menyingkir dari Jakarta dan tiba di Yogyakarta pada 4 Januari 1946. Sejak saat itu Yogyakarta menjadi pusat perjuangan politik dan militer pemerintah Indonesia.
Item Description: Indeks
Physical Description: xi, 188 halaman : ilustrasi ; 18 cm