EVALUASI TEKNIS GEOMETRI JALAN TAMBANG BATU KAPUR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT DI PT SEMEN BATURAJA (PERSERO), TBK, SUMATERA SELATAN
Daftar Isi:
- Penambangan batu kapur di PT Semen Baturaja (Persero), Tbk, berlokasi di Desa Sukajadi, Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Proses pengangkutan batu kapur dilakukan dari blok 72 sampai ke crusher BTA I sejauh 2,1 km sehingga jalan tambang batu kapur memiliki peranan penting dalam menunjang produktivitas kegiatan pengangkutan batu kapur. Adanya kendala berupa kondisi jalan yang tidak standar membuat cycle time alat angkut batu kapur menjadi besar sehingga produktivitas menurun dan target produksi sebesar 2.500 ton/ hari tidak tercapai. Geometri jalan yang tidak standar dapat dilihat pada kondisi lebar jalan yang sempit dibeberapa segmen. Jalan tambang batu kapur juga sulit dilalui karena kondisi jalan yang tidak rata dan tergenang air pada saat turun hujan, serta belum adanya superelevasi standar yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan ketika kendaraan melewati tikungan dalam kecepatan tinggi. Untuk mengevaluasi kondisi geometri jalan tambang batu kapur yang diterapkan serta mengevaluasi produktivitas dump truck aktual dan teoritis di PT Semen Baturaja (Persero), Tbk, data primer yang diambil berupa cycle time alat angkut, data lebar jalan aktual pada kondisi lurus maupun tikungan, data besar jari-jari (R) tiap tikungan, sedangkan data sekunder yang dibutuhkan berupa peta kontur dan blok penambangan serta spesifikasi alat angkut. Perbaikan geometri jalan yang dilakukan meliputi penambahan lebar jalan pada kondisi lurus tikungan serta penambahan beda tinggi untuk menghasilkan cross slope dan superelevasi standar. Segmen E-F dan G-H pada kondisi lurus memerlukan penambahan lebar menjadi standar yaitu 8,7 m, sedangkan segmen B-C, D-E, I-J, dan K-L pada kondisi tikungan memerlukan penambahan menjadi 10,6 m. Beda tinggi yang harus dibuat untuk menghasilkan cross slope standar adalah 0,17 m dan segmen yang memerlukan penambahan beda tinggi yaitu segmen A-B, M-N, dan N-O. Sedangkan untuk superelevasi standar, segmen yang tidak memenuhi adalah B-C, C-D, D-E, dan I-J sehingga memerlukan penambahan beda tinggi sebesar 0,1 m sampai 0,9 m. Kondisi jalan yang memenuhi standar dapat membuat produktivitas alat angkut batu kapur pada 1 fleet meningkat dari 2.204,16 ton/hari menjadi 2.571,52 ton/hari.