Kajian Pengaruh Panjang Baseline Pada pengukuran GNSS Metode Single RTK(Realtime Kinematic)untuk penentuan titik referensi tambahan dalam demarkasi batas desa
Daftar Isi:
- Pesatnya perkembangan zaman mengakibatkan pemanfaatan teknologi GNSS dapat digunakan untuk keperluan penegasan batas. Di Indonesia sedang marak di gunakan sistem GNSS yang beroperasi secara kontinyu selama 24 jam sebagai acuan penentuan posisi dengan tingkat ketelitian yang tinggi atau yang disebut CORS (Continously Operating Reference Stations) (Sulistiyani, 2016) Akan tetapi sistem CORS (Continously Operating Reference Stations) ini tidak mencakupi seluruh wilayah negara republik Indonesia oleh karena itu dilakukan kajian panjang baseline yang optimum pada pengukuran GNSS metode single RTK dalam pengukuran pilar sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk perencanaan pembuatan pilar referensi tambahan dalam penegasan batas. Dalam penelitian ini dilakukan penghitungan selisih nilai koordinat hasil pangamatan dengan menggunakan metode single real time kinmatic pada panjang baseline 500 m, 1000m, dan 1500 m terhadap nilai koordinat titik orde 3. Panjang baseline yang memiliki selisih nilai koordinat dibawah 5 cm dikatakan memenuhi standar ketelitian peraturan menteri dalam negeri no 16 tahun 2016. Hasil penghitungan selisih nilai koordinat pengamatan terhadap titik orde 3 panjang baseline yang optimum untuk melakukan pengukuran pilar batas ada pada jarak 500 m dengan nilai selisih sebesar 2,4 cm, untuk jarak 1000 m dan 1500 masing – masingnya memiliki nilai selisih koordinat sebesar 20,7 cm dan 271 cm sehingga tidak memenuhi standar ketelitian yang dibutuh untuk pengukuran pilar batas sesuai dengan peraturan Menteri dalam negeri no 16 tahun 2016.