Daftar Isi:
  • Meningkatnya kasus kejahatan pada perempuan pada tahun 2018 menurut Catatan Tahunan Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan) menjadikan hal ini bukanlah masalah sepele belaka. Perlu adanya tindakan preventif agar para wanita dapat melindungi diri mereka dari tindak kejahatan seperti membekali diri dengan bela diri. Salah satu bela diri yang dapat dijadikan pilihan adalah wing chun. Gerakan wing chun yang ringkas dan efisien tepat dijadikan sebagai bela diri untuk wanita. Namun, pada kenyataannya praktisi wing chun wanita tidaklah banyak. Kurangnya pemahaman lebih dalam mengenai wing chun dan stereotip masyarakat yang menganggap bela diri lebih umum dilakukan oleh para pria. Oleh karena itu, perlu dilakukannya kampanye mengenai wing chun sebagai bela diri untuk wanita sebagai bentuk komunikasi efektif kepada masyarakat terutama wanita. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak terkait mengenai wing chun. Perancangan desain dilakukan dalam lima tahap menurut Landa yaitu: orientasi, analisis, konsep, desain, dan implementasi. Ide kampanye ialah wing chun bagaikan sosok ibu yang melindungi dan membuat rasa nyaman. Media utama yang digunakan adalah poster serta media pendukung lainnya yaitu website, media sosial, web ads, hanging alley, dan merchandise. Tujuan dilakukannya kampanye ini adalah para wanita lebih memahami wing chun dan tertarik mempelajarinya.