Karakteristik Dan Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Hutan Rakyat Di Desa Babakan Bogor Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu
Main Authors: | Raihani,, Khoirat, Gunggung, Senoaji, Siswahyono, Siswahyono |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/17586/1/SKRIPSI%20%7BKHOIRAT%20RAIHANI%2C%20E1B013059%7D.pdf http://repository.unib.ac.id/17586/ |
Daftar Isi:
- Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimal 0,25 hektar, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman lainnya lebih dari 50% (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.9/Menhut-II/2013). Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan tetapi dalam bentuk langkah nyata terhadap kegiatan dalam pemanfaatan sumberdaya hutan untuk lahan hutan sebagai tempat pertanian, sumber kayu untuk kayu bakar dan kayu pertukangan (Triyanto, 2009). Desa Babakan Bogor merupakan salah satu desa yang dalam pemanfaatan hutan rakyatnya baru berkembang. Masyarakat di Desa Babakan Bogor dominan mengelola dan memanfaatkan lahan dengan pola random mixture yaitu pola penanaman acak, artinya antara tanaman pohon dan pertanian ditanam tidak teratur. Selain itu jenis tanaman yang dipilih masyarakat untuk lahannya berbeda-beda. Beberapa perbedaan masyarakat dalam mengelola hutan rakyat tersebut maka dapat dilakukan penelitian tentang karakteristik dan perilaku masyarakat dalam mengelola hutan rakyat di Desa Babakan Bogor Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober- November 2017 dengan teknik wawancara dan observasi langsung kelapangan. Pengamatan yang dilakukan yakni mewawancarai masyarakat yang di jadikan responden, Penentuan jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan metode nonprobability sampling, karena populasi yang diteliti infinite (populasi yang jumlah dan identitas anggota populasi tidak diketahui). Responden dipilih secara accidental yang diambil dari orang yang paling mudah dijumpai atau diakses yang cocok sebagai sumber data. Penentuan jumlah responden menggunakan rumus ridwan (2010), sehingga di dapatkan 42 responden. Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang karakteristik sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat meliputi: umur atau usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jarak tempat tinggal kelahan, asal lahan, dan motivasi memanfaatkan hutan rakyat, mata pencahariaan, luas lahan, pendapatan rumah tangga, dan pendapatan perkapita. Kemudian teknik observasi dilapangan membuat sketsa pola penataan lahan menggunakan plot berukuran 20 m x 20m. Hasil penelitian menunjukkan pola penataan lahan berdasarkan komposisi jenis yang ada di hutan rakyat Desa Babakan Bogor tergolong pada pola penataan lahan random mixture. yaitu 1. pola penataan lahan kopi, kayu res, dan pisang; 2. pola penataan lahan kopi, kayu bawang, durian, dan kayu afrika; 3. pola penataan lahan kopi, cabai, bambang lanang, dan kayu res; 4. pola penataan lahan pala, kayu bawang, bambang lanang, kayu afrika, mindi, dan merambung. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Desa Babakan Bogor Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa jumlah pendapatan responden sebesar Rp 15.410.339/KK/tahun artinya pendapatan masyarakat tergolong sejahtera, yang dipengaruhi oleh umur responden yg tergolong produktif, tingkat pendidikan terakhir rata-rata SD, dengan jumlah anggota keluarga tergolong sedikit dengan luas lahan yang dikelola dikategorikan sempit. Perilaku masyarakat dalam mengelola hutan rakyat dapat dilihat pada luas lahan yang dimiliki responden, ini dibuktikan dari hubungan antara luas lahan dengan karakteristik sosial ekonomi masyarakat. Menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat yang memiliki lahan sempit dan sedang cenderung memiliki perilaku tidak melakukan perencanaan terlebih dahulu pada saat awal mengelola hutan rakyat. Selain itu, pada pemeliharaan maupun pemanenan hasil hutan cenderung mengikuti sistem pengelolaan hutan rakyat yang sudah ada secara turun temurun dari orang tuanya. Sehingga tidak ada perencanaan khusus yang dilakukan pada saat awal mengelola hutan rakyat yang dimiliki responden.