Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan Konseling di SMP Negeri 18 Banda Aceh

Main Author: Mahlil Saputra, 271223064
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/3163/1/Mahlil%20Saputra.pdf
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/3163/2/Form%20B%20dan%20D.pdf
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/3163/
Daftar Isi:
  • Persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling di SMP Negeri 18 Banda Aceh. Namun siswa kurang positif terhadap pelayanan bimbingan konseling, seperti takut, malas dan enggan untuk mengikuti dan berperan aktif pada layanan-layanan bimbingan konseling di sekolah. Siswa juga menganggap bahwa bimbingan konseling adalah suatu bagian yang khusus menangani masalah siswa yang melanggar peraturan sekolah, seperti terlambat, membolos, berkelahi, merokok, dan sebagainya. Sehingga siswa enggan untuk berurusan dengan guru bimbingan konseling karena takut dianggap siswa yang bermasalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru bimbingan konseling di SMP Negeri 18 Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analisis. Sampel dalam penelitian ini adalah 10 siswa kelas VII, 10 siswa kelas VIII, dan 10 siswa kelas IX di SMP Negeri 18 Banda Aceh. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru bimbingan konseling di SMP Negeri 18 Banda Aceh adalah (65%) cukup baik, dengan itu ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi dalam kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru bimbingan konseling agar segala proses pemberian layanan berjalan dengan lancar sehingga tidak ada lagi siswa yang berpersepsi bahwa guru bimbingan konseling merupakan seorang guru yang ditakuti oleh siswa karena mereka berfikir bahwa setiap orang yang bermasalah akan dihadapkan dengan guru bimbingan konseling.