Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Ketebalan Mulsa Pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill)

Main Author: Sari, Maria Yunita
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/4874/
Daftar Isi:
  • Biji kedelai berfungsi sebagai sumber protein nabati yang harganya murah sehingga permintaannya terus meningkat. Dilihat dari pemanfaatannya, biji kedelai dapat diolah menjadi berbagai produk olahan seperti tempe, tahu, susu kedelai, tepung kedelai, maupun pakan ternak. Biji kedelai memiliki kadar asam amino yang lengkap, dalam satu gram asam amino biji kedelai terkandung 340 mg Isoleusine, 480 mg Leusin, 400 mg Lisin, 310 mg Fenilanin, 200 mg Tirosin, 80 mg Metionin, 110 mg Sitisin, 250 mg Treonin, 90 mg Triptofan, dan 330 mg Valin (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Tingginya pemanfaatan biji kedelai menjadi berbagai bentuk produk olahan berakibat pada tingginya tingkat permintaan akan biji kedelai. Pada tahun 2010 hingga tahun 2012 konsumsi kedelai nasional per tahun mencapai 26 juta ton, sedangkan produksi kedelai nasional terus mengalami penurunan. Tahun 2010 produksi kedelai nasional adalah 907,031 ton, tahun 2011 sebesar 851,286 ton, dan tahun 2012 sebesar 783,158 ton (BPS, 2013). Kedelai umumnya ditanam pada saat akhir musim penghujan dimana ketersediaan air rendah. Kebutuhan air bagi tanaman kedelai mecapai 100 – 200 mm/ bulan, namun keberadaan air dalam tanah dapat berkurang diakibatkan proses evaporasi oleh permukaan tanah. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai nasional adalah mempertahankan keberadaan air bagi tanaman kedelai selama musim tanam dengan aplikasi mulsa pada permukaan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kombinasi jenis dan tingkat ketebalan mulsa yang paling sesuai untuk meningkatkan hasil dan pertumbuhan tanaman kedelai. Hipotesis pada penelitian ini adalah pada pemberian mulsa batang kacang tanah cacah 7,5 cm diperoleh hasil tanaman kedelai yang paling tinggi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2016 di Desa Tegalgondo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lokasi penelitian terletak di ketinggian ±600 mdpl dan rata-rata suhu harian sekitar 22,9oC (Zulfarosda et al., 2012). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari cangkul, penggaris atau meteran, ember, plastik, tugal, kertas label, timbangan analitik, oven, LAM (Leaf Area Meter), Lux-meter, thermometer tanah, dan Soil Moisture Tester. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah benih kedelai varietas Detam-3, pupuk N (Urea : 46% N), P (SP 36 : 36% P2O5), K (KCl : 50% K2O), mulsa jerami, dan mulsa batang kacang tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 13 perlakuan yang terdiri dari perlakuan kontrol (M0), Mulsa jerami tanpa dicacah ketebalan 7,5 cm, mulsa jerami tanpa dicacah ketebalan 6 cm, mulsa jerami tanpa dicacah ketebalan 4,5 cm, mulsa jerami dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 7,5 cm, mulsa jerami dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 6 cm, mulsa jerami dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 4,5 cm, mulsa batang kacang tanah tanpa dicacah ketebalan 7,5 cm, mulsa batang kacang tanah tanpa dicacah ketebalan 6 cm, mulsa batang kacang tanah tanpa dicacah ketebalan 4,5 cm, mulsa batang kacang tanah dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 7,5 cm, mulsa batang kacang tanah dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 6 cm, mulsa batang kacang tanah dicacah (panjang 20 cm) ketebalan 4,5 cm. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga menghasilkan 39 petak percobaan. Parameter yang diamati meliputi komponen pertumbuhan, komponen hasil, dan lingkungan mikro. Komponen pertumbuhan terdiri dari panjang akar tanaman, bobot segar akar, bobot kering akar, jumlah daun, luas daun, jumlah cabang, bobot segar total tanaman, dan bobot kering total tanaman, dan laju pertumbuhan relatif. Komponen hasil terdiri dari jumlah polong per tanaman, dan bobot polong per tanaman. Komponen panen terdiri dari bobot kering total tanaman, bobot polong per tanaman, bobot polong isi per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 1000 biji, hasil panen per hektar, dan indeks panen. Sedangkan komponen lingkungan mikro yang diamati terdiri dari radiasi matahari, suhu tanah, kelembaban tanah. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf 5%, kemudian diuji lanjut menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara terdapat pengaruh nyata akibat pemberian berbagai jenis mulsa dan ketebalan mulsa pada pengamatan semua komponen pengamatan. Pada umumnya berdasarkan nilai B/C, kombinasi jenis mulsa batang kacang tanah cacah ketebalan 7,5 cm menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi pada tanaman kedelai dibandingkan dengan jenis dan ketebalan mulsa yang lainnya.