Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Tanah Salin Dibawah Pengaruh Pupuk Kandang, Biochar, dan NPK

Main Author: Kumalasari, Bintang Cahyaning
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/4719/7/Daftar%20Pustaka.pdf
http://repository.ub.ac.id/4719/
Daftar Isi:
  • Indonesia merupakan salah satu penghasil kakao dengan kualitas yang tidak kalah dengan kakao dunia. Perkebunan kakao di Indonesia memiliki potensi sebagai pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan. Pada 2012 – 2013, perkembangan area tanaman kakao mengalami peningkatan sebesar 3,59% setiap tahunnya, namun produktivitas tanaman hanya meningkat 2,4% per tahunnya dengan luas perkebunan pada tahun 2013 adalah 1.852.944 ha, meningkat 4,42% dari tahun 2012 yang sebesar 1.774.463 ha (Wahyudi et al., 2015). Sentra area perkebunan kakao di Indonesia sebagian besar adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Area perkebunan kakao di Indonesia 94,6% merupakan perkebunan rakyat, sedangkan 2,8% perkebunan negara, dan 2,6% merupakan perkebunan swasta (Ditjenbun, 2012) dengan keterlibatan petani sebanyak 1.539.401 KK yang rata-rata memiliki lahan seluas 1,01 ha/KK (Wahyudi et al., 2015). Pengembangan perkebunan kakao ini tidak menutup kemungkinan dilakukan pada lahan marginal dikarenakan kebutuhan nasional yang terus meningkat. Tanah salin merupakan salah satu tanah yang termasuk ke dalam kondisi lahan marginal. Menurut Tanji (2002) dalam Kirdmanee dan Suriyan (2011) tanah yang terkena dampak garam berlebihan diidentifikasikan oleh tingkat garam terlarut dalam air, terutama Natrium Klorida (NaCl). Dalam pengembangan kakao di tanah salin harus dilakukan upaya pembenahan tanah agar sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman kakao. Upaya yang dilakukan diantaranya adalah dengan menambah bahan pembenah tanah, yakni pupuk organik, biochar, dan NPK. Pupuk organik yang digunakan adalah kotoran kambing. Kotoran kambing mengandung 1,26% N, 16,36 Mg.kg-1 P, 2,29 Mg.l-1 Ca, Mg, dan 4,8% C-organik yang dapat meningkatkan porositas tanah, hal ini disebabkan bentuk kotoran kambing berupa granul sehingga menjadikan tanah memiliki volume ruang pori yang meningkat (Rahayu et al., 2014). Berdasarkan Gani (2009); Mawardiana et al., (2013) menyatakan bahwa pemberian biochar ke tanah berpotensi meningkatkan kadar C-tanah, retensi air dan unsur hara di dalam tanah, selain itu karbon pada biochar bersifat stabil dan dapat tersimpan selama ribuan tahun di dalam tanah. Khatun et al. (2011) dalam Astria dan Retno (2017) aplikasi pupuk NPK memberikan pengaruh produksi sawi maksimal di Bangladesh pada dosis 120 kg N ha-1, 45 kg P ha-1, dan 60 kg K ha-1. Dengan adanya seleksi ketahanan kakao pada berbagai tingkat salinitas tanah didapat klon Sca 6, KW 50, MCC 2, KW 62, dan KW 641 yang memiliki pertumbuhan paling baik diantara 30 klon yang lain. Klon yang digunakan sebagai bibit dalam penelitian II adalah klon MCC2 sebab memiliki produktivitas yang tinggi. Penambahan pupuk kandang kambing mampu menurunkan tingkat salinitas tanah serta mampu meningkatkan pertumbuhan bibit kakao MCC 2.