Sign And Code Representation Of Eurocentrism In Ip Man 2: Legend Of The Grandmaster Movie

Main Author: Devara, Devin
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/2410/1/DEVIN%20DEVARA.pdf
http://repository.ub.ac.id/2410/
Daftar Isi:
  • Sebagai salah satu bentuk dari kekuasaan, kolonialisme ditujukan untuk mengendalikan kekuasaan kaum pribumi dengan menyatakan bahwa mereka lebih rendah derajatnya dari pada kaum penjajah. Pengaplikasian tersebut menimbulkan penindasan, secara fisik dan mental. Ip Man 2: Legend of the Grandmaster merupakan film biografis yang menggambarkan penjajahan negeri barat pada awal tahun 1950 di Hong Kong, setelah kejadian Perang Tiongkok-Jepang Kedua pada tahun 1937 hingga 1945. Etnosentrisme menjadi salah satu alasan mengapa ada superioritas diantara dua budaya yang berbeda, terutama antara budaya barat dan timur. Selanjutnya, budaya timur yang terdominasi oleh kaum barat menghasilkan pemahaman sebuah konsep bernama Eurosentrisme: penempatan budaya Eropa di tengah dunia dan budaya lainnya menjadi terasingkan. Alhasil, penulis bermaksud untuk menganalisa perwujudan konsep Eurosentrisme melalui refleksi sistem tanda dan kode pada film ini. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa Eurosentrisme dirancang untuk menghancurkan kung fu Cina dan sekaligus budayanya. Kemudian, para seniman bela diri Cina menunjukkan perjuangan mereka untuk melawan penjajahan kaum barat dari pertandingan tinju sebagai salah satu bentuk penindasan dengan seni kung fu mereka dan menunjukkan rasa hormat terhadap perbedaan budaya diantara mereka. Orang-orang Cina tidak menganggap kehadiran budaya barat hirarkis, karena posisi diantara mereka adalah simetris. Secara keseluruhan, seniman bela diri Cina menggunakan kung fu untuk bertahan terhadap penindasan fisik yang dilakukan oleh kaum barat. Penulis menyarankan kepada penulis selanjutnya yang memiliki kesamaan minat pada masalah ini untuk menganalisa lebih dalam mengenai perwujudan Eurosentrisme dan orientalisme yang dibentuk oleh sistem tanda dank ode pada film ini. Selanjutnya, akan lebih baik jika mereka mengaplikasikan teori-teori kritis selain poskolonialisme untuk meningkatkan pemahaman mengenai permasalahan perbedaan budaya timur dan barat.