Strategi Pengendalian Proses Produksi Keripik Kentang Dengan Integrasi Metode Six Sigma DMAIC, Quality Function Deployment dan Analytical Hierarchy Process
Main Authors: | Arifin, Moch Hisyam Farchan, Dr. Siti Asmaul Mustaniroh,, STP, MP, Dr. Sucipto,, STP, MP |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190394/1/Moch%20Hisyam%20Farchan%20Arifin.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/190394/ |
Daftar Isi:
- Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang potensial di Kota Batu dengan trend peningkatan produksi sampai tahun 2019. Kondisi ini didukung dengan peluang tumbuhnya industri pengolahan keripik kentang untuk meningkatkan nilai tambah kentang. UKM Agronas Gizi Food (AGF) salah satu UKM potensial yang memproduksi keripik kentang dengan merk “Gizi Food” dengan kapasitas produksi 50 kg kentang perhari oleh 8 orang pekerja di bidang produksi dan pemasaran. Produk Keripik kentang “Gizi Food” yang dihasilkan dengan rasa original dan 3 ukuran kemasan keripik kentang. Kualitas keripik kentang dilihat dari warna, bentuk, kerenyahan dan keutuhan dari keripik kentang agar dapat bersaing dengan kompetitor. Permasalahan kualitas keripik kentang di UKM AGF antara lain pada warna keripik kentang, keutuhan bentuk, kerenyahan dan konsistensi ukuran. Kecacatan keripik kentang pada aspek warna, terdapat kentang yang coklat dikarenakan proses pengeringan tidak maksimal. Kualitas keripik kentang pada aspek keutuhan, yaitu kecacatan berupa tidak utuh/remuk disebabkan proses pengemasan yang kurang hati-hati dari tenaga kerja. Pada aspek konsistensi ukuran, keragaman ukuran keripik tidak konsisten akibat perajangan dengan menggunakan pisau yang kurang tajam. Pada aspek kerenyahan, keripik kentang mengalami kecacatan pada proses penjemuran. Jika kondisi ini dibiarkan, akan berdampak buruk terhadap perusahaan akibat penurunan kualitas produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kerusakan pada proses produksi keripik kentang dengan Six Sigma, menentukan Atribut dalam perbaikan kualitas keripik kentang dengan QFD dan menentukan prioritas strategi pengendalian proses produksi keripik kentang dengan AHP di UKM AGF. Metode penelitian ini adalah integrasi antara Six Sigma define, measure, analyze, improve, control (DMAIC), Quality Function Deployment (QFD) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Responden dalam penelitian ini adalah konsumen pada metode QFD dan responden ahli pada metode AHP. Variabel pengukuran Six Sigma DMAIC adalah warna, kerenyahan, keutuhan, dan konsistensi ukuran; variabel QFD adalah kerenyahan keripik, aroma keripik, warna keripik, keutuhan bentuk, konsistensi ukuran, kesesuaian berat kemasan, kesesuaian bentuk keripik; dan variabel AHP adalah perawatan alat sealer secara berkala, optimasi proses pengeringan, penerapan standar kualitas bahan dengan baik, pengaturan beban dan tanggung jawab tenaga kerja, peningkatan kualitas keterampilan tenaga kerja. Luaran Six Sigma adalah meminimasi kecacatan produk pada proses produksi keripik kentang, pada QFD menentukan perbaikan kualitas keripik kentang berdasarkan suara konsumen dan metode AHP adalah menentukan prioritas perbaikan kualitas keripik kentang. Integrasi tiga metode ini bertujuan untuk menganalisis kecacatan produk dari proses produksi menggunakan six sigma DMAIC dan menentukan atribut perbaikan kualitas dengan metode QFD serta memprioritaskan alternatif perbaikan menggunakan metode AHP. Hasil analisis Pareto pada metode Six Sigma terdapat dua kecacatan utama yaitu kerenyahan keripik 48,4% dan konsistensi ukuran keripik 33,2%. Jumlah sampel sebanyak 4.000 gr dan produk cacat sebanyak 709,7gr, maka hasil perhitungan Defect per Unit (DPU) sebesar 0.177425 dan DPMO sebesar 177.425 dikonversi menjadi nilai sigma sebesar 2,43 yang di atas standar nilai Indonesia sebesar 2.0 perlu untuk mempertahankan atau meningkatkan dengan mengurangi kecacatan pada aspek kerenyahan dan konsistensi ukuran keripik kentang. Analisis menggunakan diagram fishbone dengan hasil sebab ketidakrenyahan keripik diakibatkan tiga faktor yaitu yaitu tenaga kerja (overload beban tenaga kerja dan keterbatasan tenaga kerja), metode (panas impulse kurang stabil dan proses pengeringan tidak optimal) dan bahan baku (kecacatan pada kentang) dan sebab ketidakkonsisten ukuran keripik diakibatkan dari 3 faktor tenaga kerja (keterbatasan tenaga kerja dan kurangnya keterampilan tenaga kerja), metode (ketidaktelitiannya dalam proses grading) dan bahan baku (kurang ketatnya standar kualitas). Hasil analisis fishbone diagram menjadi respon teknis QFD yang mempunyai bobot sesuai prioritas adalah optimasi proses pengeringan (0,263), penerapan standar kualitas bahan dengan baik (0,246), perawatan sealer secara berkala (0,202), peningkatan kualitas keterampilan tenaga kerja (0,184) dan pengaturan beban dan tanggung jawab tenaga kerja (0,105). Kepentingan konsumen untuk metode QFD yang telah ditentukan sesuai bobot adalah kerenyahan keripik (0,149), keutuhan bentuk keripik (0,146) kesesuaian bentuk keripik (0,143), kesesuaian berat kemasan (0,142), warna keripik (0,141), konsistensi ukuran (0,139), dan aroma keripik (0,137). Hasil analisis metode AHP pada prioritas strategi perbaikan sesuai dengan nilai bobotnya adalah kerenyahan keripik (0,409), warna keripik (0,221), keutuhan bentuk keripik (0,142), konsistensi ukuran (0,090), aroma keripik (0,056), kesesuaian berat kemasan (0,053), kesesuaian bentuk keripik (0,028). Adapun prioritas strategi alternatif pada perbaikan kualitas keripik kentang dengan nilai bobotnya adalah optimasi proses pengeringan (0,304), perawatan alat sealer secara berkala (0,269), peningkatan kualitas keterampilan tenaga kerja (0,174), penerapan standar kualitas bahan dengan baik (0,166), pengaturan beban dan tanggung jawab tenaga kerja (0,087). UKM AGF perlu melakukan perbaikan kualitas proses produksi khususnya terkait kerenyahan dan konsistensi ukuran dengan berfokus pada optimasi proses pengeringan dan peningkatan kualitas keterampilan tenaga kerja pada proses grading dan pengemasan.