Analisis Gangguan Stres Pascatrauma pada Tokoh Arima Kousei dalam Anime Shigatsu wa Kimi no Uso Karya Sutradara Ishiguro Kyohei
Main Author: | Prayuningtiyas, Anita |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/177956/ |
Daftar Isi:
- Shigatsu wa Kimi no Uso merupakan anime garapan sutradara Ishiguro Kyohei yang merupakan adaptasi dari manga karya Arakawa Naoshi. Anime ini berpusat pada tokoh utama, yaitu Arima Kousei yang merupakan seorang pianis berbakat yang berhenti bermain piano akibat kehilangan kemampuan untuk mendengarkan suara piano yang dimainkannya setelah sang ibu meninggal. Hal tersebut tidak hanya memengaruhi karier Kousei sebagai pianis, namun juga memberikan efek negatif pada kehidupannya. Efek negatif inilah yang nantinya akan memberikan stres berkepanjangan kepada Kousei, yang akhirnya berubah menjadi Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD). PTSD sendiri merupakan suatu gangguan yang membuat seseorang terbanjiri perasaan putus asa dan depresif yang diakibatkan oleh peristiwa traumatis. Sedangkan rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian kali ini adalah penyebab serta gejala-gejala dari PTSD yang diderita oleh Kousei sebagai tokoh utama. Pendekatan yang digunakan untuk membahas penelitian ini adalah psikologi sastra dengan mengangkat topik permasalahan mengenai PTSD. Selain itu, digunakan pula teori pendukung Mise-en-scene dalam menganalisis data primer, yakni anime Shigatsu wa Kimi no Uso. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan penyajian secara deskriptif analisis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Arima Kousei sejatinya menderita Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD). Gangguan Stres Pascatrauma tersebut merupakan akibat dari kekerasan yang dilakukan oleh ibunya dan perasaan bersalah yang muncul setelah sang ibu meninggal. Sedangkan gejala-gejala dari PTSD yang ditemukan pada Kousei meliputi, empat tanda gejala re-experiencing, dua tanda gejala avoidance and numbing, tiga tanda gejala hyperarousal, serta tiga tanda gejala negative thought and mood changes.