Evaluasi Tanaman Bayam Merah (Amarentheace tricolor)

Main Author: Satriyono, Wahono
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2019
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/173825/
Daftar Isi:
  • Tanaman bayam merah berasal dari Amerika dan mulai dikembangkan di Indonesia sejak Abad ke XIX. Pada umumnya bayam dapat tumbuh di daerah dataran tinggi dan dataran rendah, namun pertumbuhan akan lebih optimal pada daerah dataran tinggi dengan suhu yang rendah kebutuhan suhu rata-rata tanaman bayam ialah 20-300 C dengan curah hujan antara 1000-2000 mm dan kelembaban diatas 60%. Bayam merah memiliki bentuk yang berbeda dengan bayam hijau yang dapat dilihat secara fisik. Walaupun bentuk bayam merah pada umumnya sama dengan jenis bayam hijau, namun berbeda pada warna daun dan batangnya. Bayam merah memiliki kandungan komponen antioksidan antara lain betalain, karotenoid, vitamin C, flavanoid, dan polifenol. Komponen antioksidan tersebut mempunyai potensi menurunkan kadar timbal di dalam darah sehingga mampu mencegah efek toksisitasnya. Kegiatan seleksi dilakukan untuk memperbesar peluang mendapatkan varietas/klon unggul sehingga perlu dilakukan uji sebanyak mungkin terhadap genotip-genotip yang tersedia. Pemilihan tanaman secara individual pada tahap seleksi dilakukan dengan cara memilih tanaman dapat dilihat dari tinggi tanaman, daun terbanyak, warna merah dan umur berbunga dan lainnya. Adapun dasar pemilihan seleksi tanaman yang utama adalah penampilan fenotipnya. Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, timbangan, label, papan nama, meteran, penggaris, alat tulis dan kamera digital. Penelitian akan menggunakan Rancangan Acak lengkap dengan perlakuan tiga fenotip bayam merah lokal Malang LM1, LM2, LM3. Masing-masing fenotip akan di tanam dalam barisan dengan jarak tanam 20 cm panjang barisan 60 cm jarak antar barisan 100 cm. Setiap lobang tanam di tanami 3 benih, dan selanjutnya dipilih satu tanamaan yang kuat dan sehat. Masing-masing jenis diambil sampel sebanyak 30 tanaman secara acak dan pada 30 sampel tersebut di ambil 15 tanaman di panen lebih awal untuk produksi, Parameter pertumbuhan yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang dan lebar daun, perbandingan antara daun merah dan hijau per daun, warna batang, jumlah cabang, umur berbunga, bobot segar (cabutan), dan untuk 15 tanaman sisanya untuk parameter pengamatan kandungan antosianin. Data hasil pengamatan dianalisis untuk melihat koefisien keragaman genetik dan nilai heritabilitas. Seleksi dapat terjadi secara alami dan secara buatan. Seleksi merupakan proses individu atau kelompok pada tanaman yang dipisahkan dari populasi campuran. Sebelum melakukan seleksi maka harus mengetahui keragaman genotipe dan keragaman fenotip dalam suatu tanaman. Untuk mengetahui sifat dari bayam merah tersebut harus mengetahui sifat kuantitatif dan kualitatifnya. Pada pengamatan sifat kuantitatif yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, umur pertama bunga, jumlah bunga, jumlah produksi benih, dan antosianin. Sedangkan sifat kualitatif yang diamati yaitu warna daun. Pada produksi benih hasil penanaman dari ketiga genotipa Lokal Malang 1, 2 dan 3 dapat dilihat perhitungan nilai KKF DAN KKG yang mempunyai nilai tertinggi adalah Lokal Malang 3 Sedangkan nilai heritabilitasnya yang menunjukan paling tinggi pada Lokal Malang 1 dengan nilai yaitu 76,00% (tinggi (h2 bs > 50%). Antosianin juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna merah, biru dan ungu yang berperan utama sebagai antioksidan. Antioksidan sangat diperlukan tubuh untuk mencegah terjadinya oksidasi radikal bebas yang menyebabkan berbagai macam penyakit.