Pengaruh Pemberian Antibodi Monoklonal Bovine Zona Pelusida 3 Terhadap Jumlah Sel Granulosa Dan Ekspresi Reseptor Follicle Stimulating Hormone (Fsh) Pada Ovarium Mencit (Mus Musculus)

Main Author: Zakiah, Ummu
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/158184/
Daftar Isi:
  • Imunokontrasepsi merupakan suatu pengembangan metode kontrasepsi dengan menggunakan mekanisme imunologis dalam menghambat fertilisasi dan perkembangannya. Salah satu target pengembangan imunokontrasepsi adalah peran zona pelusida 3 (ZP3) sebagai reseptor primer spermatozoa. Sejumlah penelitian telah membuktikan kemampuan ZP3 dalam membentuk antibodi yang mampu menekan lebih dari 60% proses binding antara spermatozoa dan sel telur manusia serta kemampuan menekan angka kebuntingan pada mencit. Zona pelusida (ZP) erupakan molekul glikoprotein berasal dari sel-sel granulosa dan bersifat imunogenik. Zona Pelusida berperan dalam pengikatan antara spermatozoa dengan sel telur sehingga memicu reaksi akrosom dalam proses fertilisasi. Terdapat gap junction pada zona pelusida yang berperan sebagai media komunikasi timbal balik antara oosit dan sel granulosa. Sel granulose diperlukan sebagai sumber nutrisi dan molekul penting bagi pertumbuhan dan perkembangan oosit. Sedangkan oosit melalui mekanisme parakrin berperan dengan mensekresi growth differentiation 9 (GDF9) yang berfungsi meningkatkan diferensiasi, ploriferasi dan menekan apoptosis sel granulosa. Sel granulose sebagai tempat diekspresikannya reseptor FSH juga mengandung protein Bone Morphogenetic Protein 6 ( BMP6) yang disekresikan oosit. Bone Morphogenetic Protein 6 ini berperan meningkatkan ekspresi reseptor FSH di sel granulosa. Masih terdapat kontroversi terkait efek pemberian imunokontrasepsi terhadap perkembangan folikel dan ovarium. Pemberian imunokontrasepsi akan menambahkan molekul IgG pada permukaan ZP sehingga menyebabkan kerusakan formasi zona pelusida. Antibodi monoklonal bovine zona pelusida 3 (Mab- b ZP3) merupakan sediaan imunokontrasepsi yang didapatkan dengan proses isolasi ZP sapi yang diimunisasikan ke mencit sehingga menghasilkan sel limfosit B. Selanjutnya sel ini menjalani serangkaian proses yaitu difusikan ke sel meyloma sehingga menghasilkan antibodi yang lebih spesifik. Antibodi terhadap b ZP3 ini kemudian dibiakkan kembali agar dapat dihasilkan antibodi monoklonal. Mab- b ZP3 yang memiliki spesifisitas yang tinggi sehingga hanya mengenali satu epitop yang sesuai dan spesifik. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian . Mab- b ZP3 terhadap jumlah sel granulosa dan ekspresi reseptor FSH di sel granulose ovarium mencit pada berbagai waktu pengamatan. Penelitian ini merupakan true experiment dengan pendekatan post test only control group design. Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit betina ( Mus musculus ) galur balb/C. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 yang terbagi dalam 3 kelompok control dan 3 kelompok perlakuan. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5, ke-10 dan ke- 20 setelah pemberian Phosphate Buffer Saline (PBS) 50 μl pada kelompok control dan Mab-bZP3 pada kelompok perlakuan . Analisis hasil penelitian menggunakan Nested ANOVA dengan tingkat kepercayaan 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna rerata jumlah sel granulosa antara kelompok control dengan kelompok perlakuan (folikel preantral p=0,154, folikel antral p=0,123). Pada pengujian perbandingan rerata jumlah sel granulosa antar waktu pengamatan didapatkan p-value lebih dari 0,05 ( folikel preantral p=0,794 dan folikel antral p=0,051 ). Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata ekpresi reseptor FSH antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan (folikel preantral p=0,106, folikel antral p=0,079). Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata ekspresi reseptor FSH antar waktu pengamatan(folikel preantral p=0,523, folikel antral p=0,641). Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian Mab-bZP3 tidak berpengaruh menurunkan jumlah sel granulosa dan ekspresi reseptor FSH di sel granulosa ovarium mencit. Folikel berkembang dengan baik yang ditandai dengan sel granulosa dan ekpresi resptor FSH yang tidak berbeda secara bermakna antar waktu pengamatan. Mab- b ZP3 berpeluang cukup baik sebagai sediaan imunokontrasepsi bagi wanita karena tidak mengganggu proses folikulogensis.