Biodegradasi Lignoselulosa Limbah Kayu Sengon dan Kayu Pinus dengan Menggunakan Jamur White Rot (Phanerochaete chrysosporium dan Schizophyllum commune) Terhadap Total Gula Reduksi dan Total Fenol Terl

Main Author: Marhaen, Cikal
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/151256/1/Cover.pdf
http://repository.ub.ac.id/151256/2/BAB_IV_V.pdf
http://repository.ub.ac.id/151256/3/DAFTAR_PUSTAKA.pdf
http://repository.ub.ac.id/151256/3/DAFTAR_ISI.pdf
http://repository.ub.ac.id/151256/4/BAB_1.pdf
http://repository.ub.ac.id/151256/4/RINGKASAN_CIKAL.pdf
http://repository.ub.ac.id/151256/5/BAB_II.pdf
http://repository.ub.ac.id/151256/6/BAB_III.pdf
http://repository.ub.ac.id/151256/
Daftar Isi:
  • Sejalan dengan besarnya produksi industri khususnya kayu sengon dan kayu pinus, maka besar pula limbah yang dapat dihasilkan. Kandungan lignoselulosa pada limbah kayu dapat digunakan sebagai bahan baku bioenergi dan biochemical. Kandungan lignoselulosa dari kayu sengon terdiri dari lignin (26.8 %), hemiselulosa (24.59 %), dan selulosa (49,40 %). Kayu pinus terdiri dari selulosa (43-45%), hemiselulosa (20-23%), dan lignin (28%). Degradasi limbah lignoselulosa dapat dilakukan dengan proses pretreatment. Proses pretreatment bertujuan untuk memecahkan struktur kristalin selulosa dan memisahkan lignin dengan selulosa. Rusaknya struktur kristal selulosa akan mempermudah terurainya selulosa menjadi glukosa dan senyawa turunan lignin berupa senyawa aromatik. Salah satu proses pretreatment yang bersifat aman bagi lingkungan dapat dilakukan secara biologi dengan menggunakan mikroorganisme bakteri atau jamur. Jamur white rot memiliki kemampuan mendegradasi lignoselulosa secara enzimatis. Degradasi selulosa dan hemiselulosa akan menghasilkan senyawa turunan gula sedangkan pada lignin akan menghasilkan senyawa turunan aromatik. Dalam penelitian ini digunakan dua spesies white rot yaitu Phanerochaete chrysosporium dan Schizophyllum commune. Inokulasi jamur pada kayu sengon dan kayu pinus. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara Faktorial dengan 3 faktor. Faktor perbedaan jenis bahan kayu terdiri dari 2 level, spesies jamur terdiri dari 2 level, dan faktor lama Inkubasi terdiri dari 6 level. Setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Terdapat beberapa parameter yang diukur yaitu total gula reduksi, total soluble phenol, nilai pH ekstrak, dan persentase weight loss ampas. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan uji MANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Nilai TSP terbesar kombinasi perlakuan P.chrysosporium dengan kayu pinus sebesar 0,130 mg/g pada hari ke-28. Nilai TGR terbesar pada kombinasi perlakuan jamur P.chrysosporium dengan bahan sengon nilai TGR tertinggi pada hari ke-7 sebesar 40.60 mg/g.