Evaluasi Kinerja Model Pemenuhan Rantai Pasok Halal Waralaba Ayam Goreng Skala Kecil Di Kota Malang

Main Author: Kusumaningrum, AndrianaWihartantri
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/150902/
Daftar Isi:
  • Penjaminan halal pada pengiriman bahan baku bervariasi menyesuaikan model rantai pasok di perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja sistem penjaminan halal dua model rantai pasok pada waralaba berbeda, yaitu sistem rantai pasok tersentralisasi dan terdesentralisasi. Selain membandingkan sistem penjaminan halal, dibandingkan juga efisiensi dari dua sistem rantai pasok tersebut. Penjaminan halal yang diterapkan pada kedua waralaba terbatas pada proses penjaminan pengiriman bahan baku dan produk. Objek penelitian adalah dua waralaba daging ayam goreng skala kecil di Kota Malang yang menggunakan sistem rantai pasok tersentralisasi dan terdesentraliasi. Metode penelitian berupa analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, dengan metode pengambilan data wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Analisis sistem penjaminan halal menggunakan standar penjaminan halal MUI dan kerangka penjaminan halal rantai pasok. Analisis efisiensi kinerja rantai pasok menggunakan model kerangka Edward Frazelle yang disesuaikan, dengan indikator-indikator aspek kualitas, waktu respon, biaya, dan produktivitas pada lima fungsi rantai pasok, meliputi pemillihan produk, penyimpanan, pemasok, penerimaan bahan, dan manajemen inventaris. Hasil penelitian menunjukkan penjaminan halal rantai pasok pada kedua objek penelitian telah memenuhi standar LPPOM MUI, namun belum sepenuhnya memenuhi standar penjaminan halal rantai pasok yang lebih rinci sesuai kerangka Tieman (2012). Dalam hal kinerja pemenuhan bahan baku, terdapat perbedaan tingkat efisiensi pada beberapa aspek antara waralaba sentralisasi (PT X) dan waralaba desentralisasi (PT Y). Waralaba desentralisasi lebih efisien dan lebih baik dibanding waralaba sentralisasi pada indikator lead time pembelian, biaya pemesanan, ketepatan waktu pengiriman ix sesuai standar yaitu 100%, rata - rata waktu pengiriman, dan order entry time. Selain itu, PT Y memiliki standar keamanan penyimpanan yang tidak ditemukan pada PT X. Pada indikator akurasi perkiraan dengan kinerja sebesar 100%, presentase pembelian darurat 2%, biaya total pengiriman, dan biaya keseluruhan gudang, PT X terbukti lebih efisien dibanding PT Y. Kedua sistem rantai pasok waralaba memiliki tingkat kinerja sama pada indikator kesesuaian pesanan, persentase bahan terkirim baik, tingkat akurasi inventaris dengan nilai setiap kinerja 100%, stok terbuang karena rusak, dan nilai stok barang tak terpakai dengan kinerja sebesar 0% sesuai standar. Dari kedua model pemenuhan bahan baku, model sentralisasi lebih baik diterapkan dengan catatan dilakukan perbaikan terkait waktu responnya.