Deskripsi Rantai Pasok Pada UD. VTMS Di Kabupaten Malang: Perspektif Customer Relationship Management (CRM)
Main Author: | Firdawsi, SholichaNur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/132066/ |
Daftar Isi:
- Jumlah penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahun. Jumlah penduduk Indonesia diprediksi mencapai 271,1 juta jiwa pada tahun 2020 mendatang. Melihat kenyataan tersebut, Pemerintah Indonesia berupaya untuk menyediakan bahan pangan yang lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik (RPJM 2015-2019). Definisi pangan menurut UU No.18 Tahun 2012 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan sumber hayati lainya yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman yang akan dikonsumsi oleh manusia baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pertanian sebagai salah satu sektor penyedia pangan sangat bergantung pada adanya sarana produksi. Sarana produksi yang dimaksud adalah ketersediaan benih, ketersediaan bibit, obat-obatan pemberantas hama, dan semua kebutuhan yang berhubungan dengan produksi. Benih merupakan cikal bakal dari suatu kehidupan tanaman yang harus memiliki mutu genetik, fisiologis, dan fisik yang baik (Sudjindro, 2009). Dalam pertanian maju, benih berperan sebagai penghantar teknologi yang ada dalam potensi genetik varietas kepada petani. Oleh karena itu, benih yang sampai ke tangan petani harus bermutu. Benih dikatakan bermutu apabila keaslian varietasnya terjaga dan sudah teruji melalui proses sertifikasi benih (Nugraha et al, 2009). Indonesia memiliki dua sumber benih yakni benih yang berasal dari sektor formal dan benih yang berasal dari sektor informal. Benih formal adalah benih yang telah lulus uji sertifikasi sehingga benih dari sektor formal lebih terjamin kualitasnya. Sementara benih dari sektor informal adalah benih yang tidak/belum lulus uji sertifikasi benih, sehingga benih dari sektor informal memiliki kualitas yang tidak terlalu baik. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa benih dari sektor formal hanya mampu memenuhi sekitar 64,9% dari seluruh kebutuhan benih yang ada. Melihhat kenyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penerapan sistem perbenihan 6 tepat belum berjalan dengan baik. 6 tepat sendiri merupakan ketentuan yan menunjukan bahwa sistem perbenihan sudah berjalan dengan baik, 6 tepat terdiri dari 6 komponen yakni: tepat jenis, tepat varietas, tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah, dan yang terakhir adalah tepat harga. Sistem 6 tepat ini mempunyai kaitan erat dengan kegiatan rantai pasok benih padi. Rantai pasok merupakan suatu rangkaian tahapan atau proses yang terdapat dalam proses pengolahan bahan baku mentah dari alam hingga pengiriman ke tangan konsumen akhir (Anwar, 2011). Keterkaitan antara rantai pasok dengan sistem 6 tepat dapat ditemukan pada salah satu aliran yang ada didalam rantai pasok yakni aliran barang. Aliran barang dalam rantai pasok menjadi hal yang harus diperhatikan dengan baik karena menyangkut ketersediaan bahan yang akan dibeli oleh konsumen. Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Timur yang memiliki produsen sektor swasta benih padi dengan tingkat produktivitas diatas 20 ton/Ha. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan ke BPSB (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih) Malang, menyebutkan bahwa sampai tahun ii 2015, terdapat 4 produsen benih padi swasta bersertifikat yang aktif beroperasi di Kabupaten Malang. Salah satunya adalah UD.VTMS. Perusahaan benih padi yang berlokasi di Desa Klampok Kelurahan Tumapel Kecamatan Singosari ini merupakan perusahaan benih padi swasta terbesar di Kota Malang. Dengan produktivitas per tahun yang mencapai 600 ton, membuat UD.VTMS memiliki cakupan lokasi pemasaran yang luas. Lokasi pemasaran benih padi meliputi Kabupaten Malang dan beberapa wilayah di luar kota diantaranya Madura, Kalimantan, Lombok dan beberapa wilayah lain. Melihat fenomena ini, penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan kondisi CRM (Customer Relationship Management) pada UD VTMS, selain itu penelitian ini mencoba untuk mengukur keeratan hubungan antara UD.VTMS dengan pihak toko, dan konsumen dalam jaringan rantai pasok produksi benih padi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Malang. Pemilihan lokasi di Kabupaten Malang dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan lokasi di Malang dikarenakan Kabupaten Malang memiliki pengangkar benih padi dengan tingkat produktivitas yang cukup besar. Berdasarkan data dari BPSB (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih) Kabupaten Malang menunjukan bahwa terdapat 4 penangkar benih padi yang tingkat produktivitasnya lebih dari sama dengan 20 ton per tahun.Pemilihan responden penangar benih padi dilakukan secara purposive. Pemilihan responden penangkar benih dilakukan berdasarkan rekomendasi dari BPSB (Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih) Kabupaten Malang. Informasi yang diperoleh dari BPSB menunjukkan bahwa di Kabupaten Malang terdapat 4 (empat) penangkar benih padi dengan tingkat produktivitas mencapai ≥ 20 ton tiap tahun. Dari keempat penangkar benih tersebut, dipilih UD.VTMS sebagai responden perusahaan untuk penelitian dikarenakan memiliki tingkat produktivitas yang paling tinggi. Sementara responden toko dan kios diperoleh dengan menggunakan forward snowball sampling. Informasi mengenai toko-toko yang bekerjasama dengan UD.VTMS diperoleh dari pemilik UD.VTMS sendiri. Selanjutnya, penentuan responden konsumen toko ditentukan dengan cara non probability sampling. pengumpulan data menggunakan merode wawancara dan studi dokumentasi, sementara analisis data menggunakan deskriptif statistik. Penelitian ini mengukur 4 pola hubungan yakni firm-toko, toko-firm, konsumen-toko, dan yan terakhir adalah toko-konsumen. Terdapat 3 variabel yang digunakan yakni pelayanan konsumen, peramalan permintaan, dan analisis pasar. Ketiga variabel tersebut tersusun dari sebelas indikator yakni responsif, pemesanan dan pengiriman, penanganan komplain, pelayanan purna jual, integrasi informasi, sistem peramalan, reliabilitas, ekuitas pasar, perolehan konsumen, retensi konsumen, dan kebijakan pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pada pola hubungan firm-toko dari sebelas indikator yang dinilai, sepuluh diantaranya dianggap sangat penting untuk dipertambangkan dalam pelaksanaan jual beli produk benih padi. Satu indikator dianggap cukup penting yakni kebijaka pemerintah karena memang sampai saat ini menurut pemilik UD.VTMS belum ada kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penetapan harga eceran tertinggi untuk benih padi sektor swasta bersertifikat. Sehingga pola hubungan firm-toko dapat disimpulkan memiliki keeratan hubungan yang sangat erat. Pola hubungan yang kedua adalah toko-firm, berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dikatakan bahwa keeratan hubungan yang terjalin antara toko iii dengan pihak UD.VTMS sangat erat. Hal ini dapat dilihat dari nilai tingkat kepentingan yang diberikan oleh responden terhadap ketiga indikator yaitu responsif, proses pemesanan pengiriman, dan pelayanan purna jual rata-rata adalah 5. Artinya dalam kegiatan transaksi jual beli produk benih padi UD.VTMS, pihak toko sangat memperhatikan ketiga indikator tersebut. Pola hubungan berikutnya adalah konsumen-toko, pada pola hubungan ini indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara konsumen dan toko ada 3 yakni, responsif, pemesanan pengiriman dan pelayanan purna juual. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara pihak konsumen dengan toko adalah erat. Hal ini dikarenakan nilai tingkat kepentingan yang diberikan kepada setiap indikator oleh responden konsumen adalah 4. Artinya dalam kegiatan transaksi jual beli produk benih padi, pihak konsumen memperhatikan ketiga indikator tersebut. Pola hubungan yang terakhir adalah toko-konsumen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, keeratan hubungan antara toko dan konsumen dapat dikatakan erat. Hal ini dikarenakan dari sepuluh indikator yang diberikan, rata-rata konsumen toko memberikan nilai tingkat kepentingan sebesar 4. Artinya, dalam melayani konsumen pihak toko memperhatikan indikator-indikator tersebut dan menco