Partisipasi Petani Tebu Dalam Program Sl-Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) Dan Dampaknya Pada Sosial Ekonomi Dan Produksi Petani Tebu (Studi Kasus Kelompok Tani Ngudi Rukun Desa Tunggul

Main Author: Iswara, DesySumaWidya
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131970/
Daftar Isi:
  • Pemerintah melakukan berbagai upaya guna meningkatkan produksi gula dengan melakukan upaya peningkatan produktivitas panen tebu. Upaya yang dilakukan pemerintah mulai dari perluasan wilayah, hingga pemberdayaan petani memalui pelatihan petani. Pemerintah menyadari bahwa partisipasi petani dan pemberdayaan petani tebu merupakan hal utama dalam meningkatkan produktivitas tebu. Program pemberdayaan petani salah satunya adalah program SL-PTT. Program Sl-PTT dilaksanakan di beberapa desa di Indonesia, salah satunya adalah desa Tunggulsari Kabupaten Tulungagung, pada tahun 2013. Sulitnya petani dalam mengakses informasi dan teknologi baru membuat pengetahuan petani tentang pemanfaatan sumberdaya teknologi dan sumberdaya alam kurang berkembang. Akibatnya petani kesulitan dalam mengaplikasikan materi yang telah disampaikan pada program SL-PTT. Sehingga peneliti perlu melihat beberapa kondisi sebenarnya dari partisipasi petani dan beberapa fenomena yang ada di lapang agar dapat membantu menyelesaikan masalah yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis dinamika kelompok tani Ngudi Rukun di Desa Tunggulsari, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung. (2) Menganalisis partisipasi petani anggota Kelompok tani Ngudi Rukun pada keberhasilan Program SL-PTT. (3) Menganalisis dampak pelaksanaan program SL-PTT terhadap kesejahteraan petani tebu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang digunakan untuk mendiskripsikan tentang partisipasi petani dalam program SL-PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) dan dampaknya bagi kesejahteraan petani tebu. Penelitian ini menggunakan skala dengan menggunakan skor 3 jenjang (3,2,1). Dinamika kelompok tani Ngudi Rukun dalam kategori sedang. Nilai yang diperoleh dari indikator pengukuran komunikasi kelompok, kekuatan kelompok, penyelesaian konflik, dan penyelesaian permasalahan kelompok, skor untuk dinamika kelompok adalah 25,69 dengan presentase 61,16 %. Hal tersebut dikarenakan kurang adanya komunikasi yang baik antara anggota kelompok tani dengan petugas penyuluh, serta kurangnya intensitas pertemuan kelompok tani. Meskipun demikian kelompok masih saling berkomunikasi dan memiliki rasa kekeluargaan serta gotong royong antar anggota kelompok. Partisipasi kelompok tani Ngudi Rukun pada SL-PTT masuk dalam katergori rendah dengan nilai skor yang dicapai 37,14 atau 45,85%. Hal tersebut karena kurang adanya partisipasi aktif dari anggota kelompok tani dalam pelaksanaan SL-PTT, selain itu anggota kelompok tani juga tidak menerapkan materi yang disampaikan dalam program SL-PTT karena hasil produktivitas tebu dari program tersebut yang kurang baik, atau tidak berhasil. Kurangnya teknologi pendukung yang memadai serta informasi dari petugas penyuluh yang sedikit juga membuat kelompok tani kesulitan dalam pelaksanaan SL-PTT demikian juga dengan penerapannya. Dampak program SL-PTT bagi kelompok tani menunjukkan bahwa SLPTT tidak berdampak bagi petani. Dari hasil pengukuran untuk dampak pelaksanaan SL-PTT menunjukkan skor 21,86 atau 48,57%. Kurang adanya dampak dari SL-PTT karena petani tidak menerapkan adanya program SL-PTT, selain itu petani merasa SL-PTT kurang berpengaruh terhadap pertanian tebu mereka, dan kegiatan kelompok juga masih sama. Perlu adanya pengakraban kembali dengan menerapkan pertemuan rutin antar anggota kelompok sehingga anggota kelompok menyadari keberadaan kelompok tani sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani. Partisipasi petani juga harus ditingkatkan kembali agar petani lebih mandiri dalam mengembangkan potensi pertanian tebu, dengan cara program-program atau pelatihan yang memang diperuntukkan seluruh anggota kelompok dan pemberian penyuluhan rutin oleh penyuluh pertanian. Bagi penyuluh pertanian seharusnya lebih dekat dengan petani dan secara aktif memberikan informasi yang membangun untuk kemajuan anggota kelompok. Bagi pemerintah dan dinas terkait seharusnya ada bantuan teknologi dan sarana prasarana yang mendukung pertanian tebu kelompok tani Ngudi Rukun. Adanya perkembangan teknologi juga harus dikawal dengan baik oleh pihak-pihak terkait sehingga dana bantuan yang ada tersampaikan dengan baik.