Analisis Neraca Air Daerah Irigasi Pada Daerah Aliran Sungai Ciliwung
Daftar Isi:
- Tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi pada DAS Ciliwung membuat tingkat kebutuhan air dan pangan tinggi. Pengelolaan air perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman agar produksi tinggi dan kebutuhan air lainya dalam DAS. Pengelolaan air dalam bidang pertanian dilakukan dengan pembangunan Daerah Irigasi (DI). Perawatan pada setiap saluran yang kurang baik akan menimbulkan kekurangan air pada lahan pertanian. Tingkat kebutuhan air yang relatif berbeda pada setiap lahan perlu dilakukan analisa neraca air untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan ketersediaan air pada setiap lahan sawah di DI. Sistem Informasi Geografis dapat membantu dalam memanajemen air dalam wilayah DI secara baik dan akurat. Metode penelitian ini yakni metode survei dengan titik pengamatan berdasarkan skema jaringan irigasi DI Ciliwung. Hasil survei tingkat kerusakan saluran irigasi dengan kondisi saluran masih baik terdapat pada Sembilan saluran, sedangkan pada tingkat kerusakan ringan terdapat pada empat saluran. Tingkat kerusakan sedang terdapat pada tiga belas saluran serta kerusakan berat pada tiga saluran. Kerusakan yang berat mengakibatkan saluran tidak berfungsi lagi menjadi saluran irigasi karena saluran tidak lagi dapat mengalirkan air. Kerusakan yang terjadi pada saluran harus secepatnya dilakukan perbaikan agar fungsi saluran dapat kembali mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhan air pada lahan sawah. Analisa neraca air pada DI Ciliwung pada kondisi iklim aktual (2015) menunjukkan tingkat presentase kecukupan irigasi terendah dengan nilai 95,1% yang menunjukkan ancaman cekaman air terhadap pertumbuhan dan kehilangan hasil sangat rendah. Hasil yang berbeda terjadi pada musim tanam pertama pada saat kejadian el nino (1997) presentase kecukupan irigasi dengan nilai terendah 69,6% yang menunjukkan ancaman cekaman air terhadap pertumbuhan dan kehilangan hasil rendah, namun pada saat musim tanam ke dua dan ke tiga presentase kecukupan irigasi 100% yang menunjukkan ancaman cekaman air terhadap pertumbuhan dan kehilangan hasil sangat rendah. Kejadian la nina (1998) memiliki presentase kecukupan irigasi dengan nilai terendah sebesar 79% yang menunjukkan ancaman cekaman air terhadap pertumbuhan dan kehilangan hasil sangat rendah. Semakin tinggi nilai presentase kecukupan irigasi menunjukkan kebutuhan air untuk lahan sawah terpenuhi dengan baik pada setiap fase tanaman. Pemodelan pada tiga kali penanaman padi pada DI Ciliwung memiliki nilai presentase kecukupan irigasi terendah dengan nilai 84% yang menunjukkan ancaman cekaman air terhadap pertumbuhan dan kehilangan hasil sangat rendah. Hasil uji evaluasi pemodelan dengan Kesalahan Absolut Rerata (KAR) memiliki nilai 29,11, serta hasil uji keandalan model dengan Nash and Suctliffe memiliki nilai 0,73 yang termasuk dalam kriteria model baik menunjukkan bahwa pemodelan dapat digunakan dalam menganalisa tingkat kebutuhan dan ketersediaan air di DI Ciliwung Katulampa.